Tadi, sekitar pukul 08.00 WITA, sebelum berangkat untuk mengantar Liza sekeluarga, mereka sempat bingung, antara ikut mengantar ke bandara ataukah menonton tv. Film-film bertema Natal itu juga yang tadi sempat membuat tangisan pada kedua anaknya Liza--Gabriel  dan Angel. Keduanya tidak mau pulang karena ingin menonton bareng sepupu-sepupunya. Oma mereka atau mertuaku akhirnya menengahi; kedua anaknya Liza harus patuh pada orangtuanya untuk kembali ke Jakarta, dan kedua anakku serta anak tunggalnya Theres mau ikut mengantar.
Yang paling memusingkan kami adalah jam penayangannnya pada 25 Desember kemarin. Anak-anak kami kompak untuk tidak berangkat ke gereja karena film kesukaan mereka ditayangkan pada pagi hari. Mau-tidak mau kami harus menggunakan 'sedikit' nada tinggi untuk membuat mereka patuh, dan menikmati perayaan Natal bersama di gereja.
***
Mengenai robot atau boneka Sinterklas, aku memang belum pernah membelikannya untuk kedua anakku. Sedangkan istriku hanya membelikan topi Sinterklas karena tidak enak hati kalau kedua anak kami tidak kompak dengan anak-anaknya Theres dan Liza apalagi kalau dibelikan oleh Theres atau Liza.
Alasanku belum pernah membelikannya karena semasa kecil di Kampung Sri Pemandang Atas, Sungailiat, Bangka, aku tidak pernah mengenal tokoh bernama Sinterklas pada saat menjelang atau ketika Natal. Orangtuaku tidak pernah menyebut nama atau mengenalkan tokoh itu.
Selama Natal dulu, tayangan di tv pun tidak ada tidak menayangkan tokoh kakek berjenggot putih, berkostum salju dengan warna merah-putih, dan kereta yang ditarik oleh rusa-rusa. Tayangan bernuansa Natal pun hanya dari satu stasiun milik Pemerintah alias TVRI.Â
Di rumah orangtuaku juga tidak ada perayaan Natal. Tidak ada pohon Natal, lampu kelap-kelip, kue-kue, dan makanan besarnya. Tidak ada lagu-lagu seputar Natal karena orangtua kami tidak memiliki peralatan memutar lagu-lagu.
Natal hanya dirayakan di gereja, yaitu Gereja Maria Pengantara Segala Rahmat. Pastor-pastornya dari Belanda, dan Jerman. Malam Natal, Pagi Natal, dan Natal Anak-anak seusai Pagi Natal dengan drama yang dilakoni oleh anak-anak. Semua tentang kelahiran Yesus Kristus. Tidak ada drama yang menggunakan tokoh Sinterklas. Dan, tidak ada seorang panitia pun yang mengenakan atribut Sinterklas.
Aku pernah kebagian peran figuran, yaitu orang penginapan yang menolak Yusuf dan Maria. Cuma sebentar tapi latihannya sampai berhari-hari. Itu pun satu kali.
Satu-satunya perayaan hari besar di rumah orangtuaku dulu adalah Tahun Baru. Selama tiga hari rumah kami dikunjungi para tamu, apalagi Bapak seorang guru di SMP Maria Goretti dan STM Sungailiat. Murid-murid dan mantan murid-murid selalu datang. Minuman bersodanya buatan lokal, yaitu City, Bravo, dan Sinas. Beberapa kali tahun baru, Bapak pernah menyediakan satu-dua krat bir, khusus untuk murid-murid STM. Waktu kecil aku juga sudah mencicipi rasanya bir.
***