Konsekuensi dari pemahaman ini adalah Allah tempat bergantung, Allah tempat sandaran, Allah tempat merujuk kebenaran, Allah tempat kembali bagi segala pikiran, harapan, keinginan, cita-cita dan keadilan. Berdasarkan teori ini, sangat logis jika manusia memilih Allah sebagai satu-satunya tempat bergantung. Laa Shamada Illallah. Tidak ada tempat bergantung kecuali Allah.
Lam Yalid Walam Yulad
Yaitu, Tidak beranak dan tidak diperanakkan. Allah ada dan mewujud tidak disebabkan oleh hukum sebab-akibat. Allah SWT ada dan mengada-Nya hanya Allah SWT saja yang mengetahuinya. Manusia hanya diberi tahu bahwa Allah ada dan mengada bukan melalui proses dilahirkan dan juga Allah tidak melahirkan. Jadi Allah itu ahad/tunggal mutlak. Demikian juga kekuasaan-Nya pun betul-betul mutlak. Berbeda jika Allah mempunyai bapak atau anak seperti manusia, maka kekuasaannya tidak mutlak. karena kekuasaan tersebut, bisa jadi didukung atau dilemahkan oleh keduanya.
Allah SWT sudah pasti memiliki kekuatan dan kekuasaan penuh. Dia tidak mempunyai anak dan sekutu dalam kerajaan-Nya
وَقُلِ ٱلۡحَمۡدُ لِلَّهِ ٱلَّذِي لَمۡ يَتَّخِذۡ وَلَدٗا وَلَمۡ يَكُن لَّهُۥ شَرِيكٞ فِي ٱلۡمُلۡكِ وَلَمۡ يَكُن لَّهُۥ وَلِيّٞ مِّنَ ٱلذُّلِّۖ وَكَبِّرۡهُ تَكۡبِيرَۢا ١١١
Dan katakanlah: "Segala puji bagi Allah Yang tidak mempunyai anak dan tidak mempunyai sekutu dalam kerajaan-Nya dan Dia bukan pula hina yang memerlukan penolong dan agungkanlah Dia dengan pengagungan yang sebesar-besarnya(Qs. 17;111).
Tidak ditekan atau menekan siapapun. Dia adalah yang tidak menerima jasa dan pamrih dari siapapun. Dia Suci dan tersucikan, sehingga Dia Laa Malika Illallah, yang segala kerajaan yang ada di langit dan dibumi tunduk kepada-Nya. Ia memberikan kerajaan kepada siapa saja yang Ia kehendaki. Dia tidak lebih besar karena diibadahi dan tidak lebih kecil karena didurhakai.
Konsekuensi pemahaman seperti ini secara teoritis adalah bahwa menjadikan Allah sebagai satu-satunya raja, Laa Malika Illallah. Maha Raja abadi dan Dia berkuasa atas segala sesuatu. Berdasarkan teori ini, maka sangat logis jika manusia menjadi khalifah-Nya dan melaksanakan amanat kekhalifahan-Nya (Wahyu).
Lam Yakun Lahu Kufuwan Ahad.
Yaitu, tidak ada seorangpun dan apapun yang setara dengan Dia. Setara artinya sama. Sama rendah, sama tinggi, sama besar dan lain sebagainya. Tidak serata artinya tidak sama. Jadi makna siapapun tidak setara dengan Allah adalah Allah Maha Unggul dari siapapun dan dari apapun.
Sudah menjadi fitrah manusia, memilih yang lebih cantik, lebih baik, lebih pintar, lebih adil, lebih bijaksana dan memlilih yang lebih segala-galanya. Kepada yang unggul ini, manusia akan mampu memberikan segala cinta, kepatuhan, ketundukan, keridlaan untuk berbuat apa saja demi yang unggul tersebut. Oleh karena itu, jika Allah adalah unggul dari segala-galanya, maka tidak ada yang patut untuk ditaati, dipatuhi dan dibadahi kecuali Allah SWT.