Mohon tunggu...
Gun GunNugraha
Gun GunNugraha Mohon Tunggu... Guru - Guru dan Penggiat Budaya

Saya adalah manusia yang belajar menjadi manusia pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Peran Lingkung Seni Galuh Padjajaran (LS GPP) dalam Melestarikan Seni Budaya Sunda di CIsewu-Garut

6 Juni 2023   19:09 Diperbarui: 7 Juni 2023   08:15 841
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Poto: Gosip Garut)

5075

Dari data diatas dapat dilihat bahwa Islam merupakan agama yang dianut oleh masyarakat Cisewu. Dan keseluruhan masyarakat cisewu menganut agama islam

4.2. Profil Organisasi LS Galuh Pakuan Pajajaran 

 4.2.1. Sejarah berdirinya LS Pakuan Pajajaran 

LS Galuh Pakuan Pajajaran  merupakan sebuah organisasi kemasyarakatan, dimana organisasi ini merupakan satu organisasi yang memiliki kepedulian dan kecintaan terhadap kebudayaan yang ada, khususnya kebudayaan Sunda atau budaya lokal. Pakuan Pajajaran ini merupakan wadah pengolah kesenian yang terdapat di Kp. Cikangkung, Desa Cisewu, Kec. Cisewu Kab. Garut. Adapun alasan Pakuan Pajajaran ini didirikan adalah tiada lain untuk merevitalisasi kesenian sunda yang telah lama mati. Seperti yang kita ketahui sebelumnya, bahwa moderitas kini telah menggerogoti nilai-nilai budaya leluhur kita kusunya nilai budaya sunda, maka disinilah Pakuan Pajajaran bertekad membentuk suatu organisasi kesenian sebagai pembanding masuknya budaya luar.

Organisasi kesenian Pakuan Pajajaran di rintis oleh Anggi Pebriana, Darmawan, S.Sn, Hendra Sukmawan, S.Pd. I Rohana GP, dan Deden Farid. Pada mulanya beranggotakan sekitar 250 orang, meliputi pelajar dan umum. Dengan struktur pengurus sebagai berikut. Pelindung: Muspika Kecamatan Cisewu. Penasihat : Asep Tatang, AIPDA Dik Dik Gunardi, Drs. Edi Supriadi, Drs. H Meinuzar, M.Mpd dan Ahmad Darodjah, S.Pd. Ketua umum : Anggi Pebriana. Wakil ketua umum: Darmawan, S.Sn, Sekretaris: Rohana GP, S.Pd, Bendahara: Samsudin.

Pada mulanya Pakuan Pajajaran berorientasi dan terfokus kepada remaja atau pemuda. Remaja adalah sebuah sasasaran utama bagi Pakuan Pajajaran dalam melakukan perubahan kebudayaan, maka dengan alasan inilah nama Pakuan Pajajaran didirikan dengan tujuan dapat mengikuti keadaan kondisi para pemuda/remaja Cisewu pada saat itu. Melihat kondisi remaja dan pemuda yang memperihatikan dilihat dari tingkat moral, yang semakin hari semakin bokbrok, nilai budaya yang sudah hilang, seperti etika dan kesopanan seakan telah lenyap dari wujud mereka. Pakuan Pajajaran berpandangan, itu semua disebabkan karena nilai budaya lokal dalam diri mereka sudah bermasalah. Masuknya budaya luar yang mengakibatkan kebudayaan sunda yang kita miliki saat ini memudar. Kesenian--kesenian yang dahulu memang ramai, saat ini telah mengikis diambil alih oleh budaya Western (Budaya Barat) yang sangat mudah masuk dan dikonsumsi oleh masyarakat hususnya remaja. Era globalisasi telah menyulap semua masyarakat menjadi berubah, hedonis dan kebarat-baratan, perubahan yang terjadi ini berlangsung sangatlah cepat secara disadari ataupun tidak. Jika kita tidak cepat tanggap dalam mengatasi masalah ini, maka kebudayaan lokal yang ada akan hilang bahkan lenyap ditelan bumi.

Dengan banyaknya dorongan dan masukan dari anggota seniman maupun teman-teman seperjuangan yang ada, maka pada tanggal 22 Maret 2009 dikukuhkanlah organisasi kesenian LS GPP ini sekaligus pembentukan kepanitiaan yang dimulai dengan pemilihan ketua organisasi kesenian Pakuan Pajajaran. Sehingga terpilihlah ketua yang bernama Anggi Pebriana selaku penggagas kesenian yang ada di Desa Cisewu.

Pemilihan ketua umum ini dilakukan secara aklamasi hasil dari kesepakatan semua anggota dan seniman yang ada. Karena para seniman maupun anggota beranggapan mereka terasa terbantu serta menemukan hidup baru dalam berkesenian yang sudah berpuluh-puluh tahun lenyap. Serta dengan konsep pemikiran beliau tentang revolusi budaya yang kerap kali sering dideklarasikan dalam setiap kegiatan ataupun diskusi memberikan stimulus bagi para seniman yang sedang sekarat menunggu ajal kematian budayanya pada waktu itu.

Sepenggal cerita kang Anggi Pebriana. tentang pahit dan getirnya membangun organisasi kesenian di Desa Cisewu saat penulis temui disanggar seni Galuh Pakuan Pajajaran .

"Sedikit sekali orang mengetahui perjalanan saya dalam membangun kesenian di Cisewu, supaya bisa kembali tegak berdiri: bertahun-tahun saya mencari dan menenemui nama-nama tokoh yang berkaitan dengan kesenian di kota Garut atas petunjuk (Eks. Sekmat Cisewu), diantaranya; kang Deden Erlis, Pak Maman Sudarman, Empit Supriatna DLL. Dengan harapan bisa membantu saya mewujudkan visi misi ini. Di tahun 2011 yang lalu, saya pergi menemui Kang Maman Sudarman ketua Dewan kesenian Garut (DKG) Waktu itu sampai bermalam di Rumahnya. Keluarganya begitu baik menyambut saya, (terimakasih buat si ibu, istri kang Maman). Saya terus menyampaikan bagaimana kondisi kesenian tradisi Cisewu saat itu kepada beliau, dan mohon adanya perhatian untuk perkembangan kesenian tradisi di daerah".

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun