Sekali lagi, dengan tegas sang ibu memerintahkan si sulung dan si tengah untuk berlutut di hadapan pak Tobat dan memohon ampun atas kekurang ajaran mereka berdua.
Sang anak, karena takut kehilangan ibu yang mereka cintai, menuruti perintah sang ibu.
Si bungsu yang tidak tahu apa -- apa ikut berlutut dihadapan sang ayah, pak Tobat.
Ternyata,,, Â Keberuntungan masih berpihak pada pak Tobat sekeluarga.
Bagai mendapatkan energi baru, usaha pak Tobat mencari pekerjaan baru membuahkan hasil. Dia akhirnya bisa berwiraswasta sehingga perekonomian keluarga bisa dia tunjang kembali.
Sang isteri tidak perlu bersusah payah lagi mencari nafkah tambahan. Anak-anak mereka bisa melanjukan pendidikan mereka hingga ke perguruan tinggi.
Bukti perubahan ini sungguhlah dahsyat, anak-anak pak Tobat akhirnya bisa dengan tulus memaafkan perbuatan buruk dirinya.
Di akhir cerita, pak Tobat merasakan ada keanehan yg terjadi pada dirinya.
Bila dahulu ia sering mengancam untuk menceraikan sang isteri, namun sejak peristiwa pengusiran dirinya hingga kini, pak Tobat-lah yang sering ketakutan ditinggal oleh sang isteri tercinta.
Dia takut kehilangan "harta yang paling berharga dalam hidupnya" karena dia telah mengetahui dengan jelas sifat, watak, karakter dan kedewasaan pemikiran sang istri. Berkomitmen tinggi pada ikrar perkawinan mereka.
Setelah mendengar kisah tersebut, aku tersadar. Menjadikan hidup sebagai yang terbaik dengan berusaha dengan sekuat tenaga untuk tetap menjalankan komitmen ikrar perkawinan kami. Apa pun yang terjadi.