Pak Tobat menyabarkan isterinya dan berkata bahwa apa yang dilakukan kedua anak mereka sudah layak. Dia pantas menerimanya sebagai hukuman. Ia adalah penyebab penderitaan anak-anak sedari kecil hingga kini.
Pak Tobat malu pada isteri dan anak-anaknya juga dirinya sendiri.
Pak Tobat memohon maaf dan ampun pada isteri dan anak-anaknya atas apa yang telah terjadi selama ini, meskipun dia juga tidak berusaha mengubah keputusan anak-anaknya.
Membaca situasi yang tidak bisa berubah, akhirnya sang isteri mengambil tindakan yang mengejutkan. Ia masuk ke dalam kamar dan mengemasi pakaiannya.
Sang isteri lantas keluar menemui anak-anaknya sambil berkata; "Anakku, kalian semua sudah tidak mau mendengar kata -- kata ibu, jadi izinkanlah ibu untuk mengambil keputusan sendiri."
"Baiklah, ibu menyerahkan rumah ini pada kalian, ibu mau ikut dengan suami ibu kemanapun dia pergi. Jaga adikmu yang masih kecil itu dengan baik."
Sontak saja si sulung dan si tengah menangis, mereka berlarian langsung memeluk kaki sang ibu untuk tidak pergi meninggalkan mereka semua.
Mereka memohon ampun pada ibu mereka, namun sang ibu tetap pada pendiriannya untuk pergi dari rumah menemani pak Tobat, kemanapun sang suami pergi.
Pak Tobat pun terkejut dengan keputusan istrinya. Ia memintanya untuk mengurungkan niatnya untuk pergi bersamanya dari rumah, dan tidak membela dirinya yang hina.
Sang isteri berkata kepada pak Tobat: "Aku isterimu, yang telah berikrar di saat perkawinan kita dahulu, untuk tetap setia padamu. Hingga saat ini kubuktikan ucapanku itu kepadamu sebagai bentuk kesetiaanku. Aku tidak pernah mengeluh atas perbuatan buruk yang pernah kamu lakukan padaku dan kepad anak-anak kita."
Makin remuklah dada pak Tobat mendengar ucapan isterinya itu.