"Terima kasih banyak. Kek, sudah berkenan mau singgah. Pasti bulan depan Haji Basri jadi tamu terbesar kami."
Akhirnya setelah perincangan singkat sambil menyesap Es Jeruk segar, akupun berpamitan dengan Haji Basri. Tak lupa kuberikan ciuman hormat ke tangan kanannya. Dalam hati aku berpikir, "jikalau mimpi Ibu jadi pertanda, biarlah Haji Basri yang mau datang mengadopsi kami sebagai keluarganya."
Haji Basri adalah sosok kakek yang tidak bisa kurindukan.
Moyang Memanggil, Alam Membantu Berbisik
Perasaan dongkol pagi tadi berubah menjadi riang saat uang sembilan ratus ribu berhasil kukantongi dari penjualan ayam ke Haji Basri. Aku segera kembali ke rumah dan dalam perjalanan kupikirkan akan memberikan seratus ribu kepada Ibu.
HARIS.....
Tiba-tiba terdengung namaku dipanggil seseorang dalam alunan angin yang menerpa wajahku. Motor tetap saja kulajukan, sambil menoleh ke kanan dan kiri. Anehnya, di sepanjang jalan Trans Ende-Bajawa ini tidak ada seorangpun yang berada di tepi jalan.
Sekarang juga masih pukul sembilan pagi, jadi kurasa setan mana yang mau menggangguku?
TRETTT.... TRETT....TRRR.....TRRRR...TRR.. TT..
Tiba-tiba saja motorku mogok dan tidak mau digeber. Aku segera menepi di sebelah kiri lalu kusandar tengah motor empat tak ini.Â
"Sialan, ini pasti gara-gara Heri", kesalku.
Bensin kulihat masih setengah tangki sesuai terakhir kali dipinjam Heri. Kalau masalah busi, tadi lancar-lancar saja dalam perjalanan pergi ke Kota Bajawa. Lalu apa yang membuat motor keluaran tiga tahun lalu ini mendadak mogok?