Jika ayam hidup bisa bertahan tahunan menunggu pembeli, maka kami pikir sangat beresiko menunggu sehari untuk mencari pembeli ayam goreng. Namun itulah dinamika, paling tidak Haji Basri yang sudah menganggapku sebagai cucu sendiri, bisa membuat peternakan ayamku laku setiap minggunya.
Dua puluh tahun lalu ketika aku lahir, Haji Basri dan almarhumah istrinya bagaikan kakek-nenek kandungku. Meskipun kami berbeda keyakinan, Haji Basri yang tidak dikaruniai seorang anakpun mau untuk bermain denganku yang anak tunggal ini.Â
Ia sudah paham susahnya hidup tanpa keturunan, namun belas kasihannya kepada Ibuku yang ditinggal kabur Ayah usai tiga bulan kelahiranku, dirasanya lebih besar cobaannya. Pasalnya, Ibu juga merupakan anak yang terlahir dari nenekku yang tanpa suami. Ibu sering bercerita bahwa kakekku adalah orang asli daerah Bajawa sini.
Ibu sudah berusaha mencari-cari kakekku, atau ayah kandungnya, selama belasan tahun namun belum juga bisa menemukan. Hanya nama saja yang diceritakan almarhumah nenek kepada ibu, yakni Obi Mite.
Karena nama di Flores kebanyakan merupakan singkatan ataupun bisa jadi nama lain, hanya Mite saja yang bisa menjadi patokan Ibu untuk mencari keluarga sedarahnya. Sedangkan nama Obi bisa menafsirkan banyak nama, Robertus, Robianus, Tobias, Norbertus, dan lain-lain.
Sebenarnya bisa saja kami da Haji Basri menjadi keluarga jika beliau mengadopsi keluarga kami, namun pernah dalam perbincangan Haji Basri dengan Ibu aku mendengar, "kelak kalian akan menemukan keluarga yang lain."
Entah apa maknanya, tetapi kalimat itu tetap kuyakini sampai sekarang.
"Kakek! Haji Basri!"
"Eee, iya! Taruh saja di belakang kandang, Nak! Setelah itu mari duduk di meja depan!"
Kulihat Haji Basri dan dua karyawannya masih sibuk menyiapkan makanan dan minuman kepada belasan orang di dalam Warung Makan Khas Jawa.
Setelah melepaskan semua ikatan ayam pedaging betina dan meletakkannya di kandang belakang, aku segera mencuci tangan di wastafel belakang. Sedikit berdoa mengucap syukur, aku lihat lagi selusin ayam tadi dan berdoa dalam hati, "terima kasih sudah jadi sumber penghasilanku e, manu." (Manu dalam bahasa Flores artinya ayam.)