Bahkan pernah ada wacana, dimana justru Prabowo Subianto ditempatkan juga dalam posisi sebagai Calon Wakil Presiden bagi Ganjar Pranowo. Pasangan ini diprediksi oleh banyak kalangan, akan menjadi yang paling kuat dan diperkirakan akan menang telak bila melawan siapa pun.
Dan begitulah dinamika situasi politik yang kadang menabrak Logika Publik berbasis argumentasi bahwa, Politik itu sesungguhnya terkait dengan "How to get Power dan How to Use Power".
Meskipun demikian, belum ada satu pun Partai Politik yang secara mantap dan definitif menentukan dan menetapkan siapa Cawapresnya yang akan berpasangan dengan siapa Capresnya.
Memperhatikan dinamika dan situasi politik hari-hari ini, tampaknya, para politisi dari berbagai Partai Politik dan atau Koalisi Partai Politik sedang berselancar untuk mencari siapa Cawapres yang paling tepat untuk berpasangan dengan Capres dari Partai Politiknya.
Perburuan politik untuk mencari Cawapres dengan beragam pra- kondisi dan kriteria yang melekat padanya, serta manuver para cawapres untuk menampilkan diri seelegan mungkin agar dapat "laku dijual" di pasar politik, tampak seolah seperti "Burung Camar yang sedang terbang bebas ke sana ke mari untuk mencari di mana letak posisi dan lokasi sarangnya dalam presisi yang tepat dan terukur".
Dengan demikian maka, tampak pula nyata terasa bahwa, semuanya sedang saling menunggu dan mengintai, siapa gerangan yang akan ditetapkan sebagai Calon Wakil Presiden yang akan mendampingi Calon Presiden dari masing-masing Partai Politik dan atau Koalisi Partai Politik.
Berdasarkan catatan sejarah Pilpres setelah masa Orde Baru, penetapan Pasangan Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden, sering kali dilandasi oleh formula kombinasi politik yang bersifat dikotomis seperti Islam-Nasionalis atau Jawa-Luar Jawa, agar dapat diperoleh keseimbangan yang serasi guna menemukan representasi dalam mengekplorasi lumbung suara untuk memenangkan pertarungan politik di akar rumput sebagai basis ceruk sumber suara konstituen.
Oleh karena itu, dalam pengamatan banyak pihak, Erick Thohir merupakan salah satu Cawapres yang potensial dan kuat dalam hal kriteria kelayakan untuk menjadi Cawapres untuk Capres siapa pun.
Dikatakan demikian, karena Erick merupakan salah satu Menteri BUMN yang relatif sukses dalam mengelola Perusahaan Pelat Merah di Negeri ini di Tangan Presiden Joko Widodo.
Kecuali itu, Erick Thohir mempunyai rekam jejak yang baik dan impresif serta memiliki Modal Sosial yang memadai, karena Erick Thohir punya kedekatan hubungan emosional dengan NU sebagai Ormas Islam terbesar di Indonesia, bahkan di dunia.Â
Di samping itu, Erick Thohir juga memiliki kondisi logistik yang memadai dalam meniti jalan menuju ke arah Pilpres 2024, karena itu Erick Thohir amat layak menjadi "Permata Politik" bagi Capres siapa pun.