Mohon tunggu...
Rasull abidin
Rasull abidin Mohon Tunggu... Auditor - Sekelumit tentang kita

hidup itu indah

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Perdebatan di Angkot

5 September 2017   07:58 Diperbarui: 5 September 2017   09:37 731
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sketsa by. Yandi P. Aplouded

Wajah malam diam diam memudar

Di angkasa raya,

Gemerlap gemintang samar lalu menghilang

Karena fajar mulai nampak

Mengawali geriak langkah kaki

Mencari sesuap nasi,

Keremangan kabut enggan beranjak pergi,

Angin malam menyisakan dingin di jalanan

Yang di bawa angkot dari Gresik ke Surabaya

Menelusuri remang jalan

Dan cahaya lampu trotoar kini menjadi pucat pasi

Di angkot yang kacanya sedikit terbuka....

Asap knalpot menjadi dingin

Menerobos masuk,

Memainkan kerudung ibu ibu penjual sayur

Yang bergulat dengan malam

Demi kehidupan yang terus berjalan

Angkot melesat bagai peluru

Menyibak kabut pagi tak peduli,

Asap rokok sang sopir di hempas angin

Lalu terbang ke angkasa bersama angan

Sementara aku hanya bisa diam

Memaksa jadi pendengar para ibu yang berdebat

Suaranya bersaing melawan deru mesin,

Akhirnya memekakkan telinga

Ibu ibu di angkot berdebat,

Tanpa peduli bapak bapak yang melongo

Ada yang bergaya serius dan bersemangat

Ada yang tengadah lalu menerawang ke langit,

Ada yang terpejam tapi masih berbicara

Ada yang emosi lalu cemberut membuang muka.

Tawa mereka menjadi irama,

Pada setiap malam dan menjelang pagi

Saat angkot berjalan menembus batas malam

Tentu sang sopir kadang tersenyum di buatnya

Deretan ibu ibu masihlah berdebat,

Bagai pakar-pakar yang sering nongol di televisi

Tentang persoalan yang bikin pusing kepala

Sampai ke persoalan politik,

Dunia munafik yang mereka sendiri masihlah awan

Dan tak akan pernah mampu menjagkau akal bulusnya

Sebuah adegan yang tak biasa,

Penduduk kita semakin cerdas

Karena pembangunan terus berjalan

Dan persoalan-persoalan di bungkus dalam berita

Menjadikan perdebatan orang orang pinggiran

Yang mereka sendiri tak memahami

Walaupun keluar dari nyanyian sumbang maling amatiran

Pertanyaan-pertanyaan sederhana yang keluar

Dari kesederhanaan fikiran ibu ibu di angkot

Masih terngiang di kepala,

Kadang menusuk tajam menampar pendidikan

Yang aku sendiri tak mampu menjawabnya

Menjadi elegi ke depannya.

Kemana negeri ini akan berjalan

Bila masih banyak kongkalikong hukum

Masih banyak para maling yang berdiskusi,

Lalu rame-rame mempreteli pundi negeri,

Sampai kemana negeri ini akan berjalan...?

Apakah seperti angkot ini ?

Menuju surabaya dan menjemput fajar pagi.

Gresik-Surabaya, 04 September 2017

Rasull abidin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun