“Ia sakit. Demi hal tersebut ia berani. Kau tahu alasan utamanya?”
Anora merogoh tas kuningnya. Ia mengeluarkan sebuah kotak hitam kecil berpita dan memberikannya kepada Axel. Axel memandanginya sejenak. Ia membukanya. Didapatinya sebuah kalung Four leaf Clover—kalung yang pernah dipatahkan oleh Cynara- dan secarik kertas pada belakang tutupnya bertuliskan ‘selamat ulang tahun maaf aku telah menghancurkannya. Salam manis Cynara’ Axel menutupnya. Ia menangis dalam, tanpa suara ia lakukan. Anora hanya bisa terdiam. Ia beranjak pergi.
“Aku akan selalu mengenangnya. Ia adalah GM yang sangat hebat. Ia mampu bertahan dalam derita panjangnya. Aku bangga dapat berkenalan dengannya. Illene si pembawa cahaya agung. Itu arti dari namanya. Aku pergi.” Anora pergi meninggalkan Axel dalam kesendirian serta kesediahannya.
Esok harinya. Axel mencoba memainkan game yang sama dengan Cynara. Ketika di tengah kota-dalam game- ia mendapati ribuan bunga memenuhi jalanan. Sebuah board menuliskan ‘Turut berduka cita atas meninggalnya Dewi Agung pembawa cahaya surga. Semoga dirinya tenang disana kami semua mengenang namamu Cynara dalam Illene.
Axel hanya tersenyum, ternyata kematianmu tak bisa disembunyikan. Maafkan aku. Tapi.. kau tak perlu khawatir. Kalung yang kau berikan itu, aku simpan dengan baik. Ditempat yang tak kau bisa bayangkan. Aku.. menyayangimu. Cynara. Mungkin beginilah akhir dari semua. Seseorang yang selalu diingat karena perbuatannya. Seseorang yang terdiam dan tertawa dalam keterbatasan. Kini demi menghormati kematiannya Anora membentuk sebuah Game dengan nama ILLENE.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H