Mohon tunggu...
Imron Maulana
Imron Maulana Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Mahasiswa yang gemar menarikan jari ~

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Four Leaf Clover

9 April 2013   17:14 Diperbarui: 24 Juni 2015   15:27 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Matanya terbelalak. Tangannya gemetar, tapi ia berusaha untuk menggapai gagang pintu yang bulat kecoklat-coklatan itu. Setelah terbuka, ia melihat sesosok tubuh meringkuk di lantai yang berlumur darah, makanannya tak tersentuh. Masih rapi, dengan tempat tidur yang tak lusuh sama sekali. Rambut coklat panjangnya menjadi merah akibat darah. Dan ia menyadari kalau itu adalah Cynara. Ia lantas gemetar seluruh tubuh. Seakan-akan ia melihat hantu yang baru saja menoleh kepadanya. Ribuan kaca cair tumpah melintasi pipi merahnya. Mukanya masam tak percaya kalau suatu hal yang benar-benar ia takutkan telah terjadi. Bahkan beberapa menit kemudian. Ia langsung menyambar Cynara, di pegangnya tubuh yang telah dingin itu. Didapatinya dada yang lemah mengembang kempiskan udara. Ia berteriak, melolong jauh memecah keheningannya malam. Ia segera berdiri dan berlari menuju telepon yang menggantung di samping monitor Cynara. Mulutnya tergagap-gagap berbicara memanggil ambulance, dan mereka berjanji akan datang 5 menit lagi. Ia menutup teleponnya dan kembali mengangkat telepon itu dan menekan beberapa tombol untuk menghubungi Axel.

“A-xel, ini Louis. Cynara. Cynara Axel!” Panik Louis

“Cynara? Kenapa dia?”

“Datanglah ke rumah sakit Kathryn! Aku menuggumu!”

“Untuk apa?!” jantung Axel menebar kencang, pikirannya mengambang melesat jauh dalam benaknya tak mungkin..

“Datanglah... untuk yang terakhir kalinya.” Lemah suara Louis. Matanya tak kuasa menatap Cynara, tubuhnya lemas, ia menutup teleponnya. Meninggalkan Axel dalam ketakutan serta keraguan. Ia terduduk menyender di dinding. Matanya terus menatap Cynara lemah.

Axel yang dengan kagetnya Sontak langsung pergi dan detak jantungnya berdegup kencang. Seraya memacu darah ke anggota tubuhnya terutama otaknya. Sedikit pusing ia merasa. Ia menyalakan mesin motornya. Ia segera melampaui lampu yang masih merah, menuju rumah Cynara. Dengan kecepatan tinggi ia melaju, melawan desakan angin yang menusuk tiap sudut sisi tubuhnya. Berharap Cynara akan baik-baik saja. Ia melesat.

Setelah tiba di rumah sakit, ia melihat sekelilingnya mencari Louis. Ditengah kerumunan banyak orang, tiba-tiba seseorang menarik tangannya. Ia langsung menoleh. Itu Louis. Muka yang sembab menyebabkan dirinya tak dapat berbicara dengan jelas dan baik.

“Dimana Cynara?”

Louis berlari diikuti oleh Axel, menuju salah satu lorong. Cahaya yang kurang menyebabkan suasana menjadi semakin kacau dalam pikiran Axel. Ia tetap memasang wajah yang cukup khawatir. Jaket coklatnya melayang-layang menghempaskan diri karena lesat jauhnya Axel berlari. Sedangkan Louis dengan baju hitam ala maid-nya terus menebarkan keindahan dalam balutannya. Louis berhenti di depan pintu dengan nomor 320.

“Dengarkan apapun yang ia katakan. Dan temani ia untuk detik yang menegangkan ini.” Suram suara Louis. Langkahnya melaju cepat seakan-akan ia kabur dari sesuatu yang mengejarnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun