Terkadang, atas nama kesehatan mental, beberapa oknum tertentu dengan kerasnya menyuarakan kekhawatiran di media sosial yang menyinggung soal luka inner child pribadinya.Â
Namun, apakah membalas luka inner child dengan menyalahkan orang tua atau mengumbar semuanya di media sosial adalah solusi? Tentu saja tidak.
Konsep mengumbar aib di sosial media, hanya akan memperburuk hubungan anak dengan orang tua, relasi antar generasi, bahkan memperpanjang lingkaran luka.
Pada dasarnya, inner child dimiliki oleh setiap generasi, Tetapi bentuk pengungkapannya beragam, mungkin orang tua di zaman dulu tidak keras membahasnya dengan oversharing di media sosial
Namun, luka tersebut akan terlihat ketika orang tua masih mendidik anak dengan konsep parenting yang sama.Â
Tentunya, generasi sekarang memiliki peluang untuk menyudahinya. Alih-alih menyalahkan, sadar untuk memperbaiki pola asuh di masa depan tentu akan lebih baik. Â
Menyembuhkan luka inner child bukan soal membalas atau mencari validasi seolah menjadi paling korban, tetapi tentang menciptakan perubahan. Biarkan lingkaran luka berhenti di kamu. Â
Jika merujuk pada akar masalahnya, bisa jadi orang tua adalah korban parenting masa lalu pula, karena menjadi orang tua adalah pembelajaran seumur hidup.
Sebagai manusia, orang tua juga baru pertama kali hidup di zaman ini bersama anak-anak mereka, yang setiap anaknya berbeda tantangannya.Â
Terkadang, mereka belajar parenting di tengah tekanan ekonomi, tuntutan sosial dari lingkungan tempat tinggal, dan minimnya dukungan yang belum seperti saat ini.
Menyalahkan generasi sebelumnya tidak akan menyelesaikan masalah. Sebagai generasi yang diklaim lebih melek informasi, tanggung jawab memperbaiki pola asuh ada pada kita.