Mohon tunggu...
Giri Lumakto
Giri Lumakto Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Literasi Digital

Digital Ethicist | Pemerhati Pendidikan Literasi Digital, Teknologi, dan Budaya | Curriculum Developer for Tular Nalar from Google.org | K'ers of The Year 2018 | LPDP 2016 | STA Australia Awards 2019 | LinkedIn: girilumakto | Twitter: @lumaktonian | email: lumakto.giri@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Karya Karma Bagian 14

28 Oktober 2016   18:31 Diperbarui: 28 Oktober 2016   18:38 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Effigy - foto: Maciej Goraczko

"Ya ya. Saya sudah mendapat pesan dari pak Hendra. Pak Jenar akan datang. Jadi untuk semuanya nanti bisa saya atur."

"Transfernya mohon agar disebar ke beberapa rekening ini pak Fahri." Inspektur Jenar mengeluarkan secarik amplop. Segera ia serahkan ke Fahri.

"Ya ya pak Jenar" Fahri membuka amplop dan membacanya cepat.

"Jadi deal, dana yang diterima dua digit pak Fahri?" 

"Ya ya pak Jenar. Saya faham benar. Pak Hendra sudah saya percaya selama ini. Saya hanya minta, anggota tidak usah banyak urusi rumah sakit kota. Urusi saja kasus-kasus kecil di pak. Faham ya pak Jenar?" Fahri tersenyum. Ada jerat kepicikan di tatapannya. Inspektur Jenar pun memahami itu.

"Saya memang baru ditugaskan di kota ini pak Fahri. Tapi tenang, pengalaman saya sudah cukup kalau cuma mengalihkan ini semua. Saya cukup tahu transfer lancar. Pak Hendra di atas sana juga aman. Pak Fahri aman. Saya aman. Bukan begitu pak?" sambil berdiri dan mengulurkan tangan ke Fahri untuk berjabat tangan.

"Ya ya pak Jenar. Selamat bertugas. Staf saya nanti hubungi soal transfer. Dan mungkin lain waktu kita bisa keluar dan have fun. Boleh pak Jenar?" sambil menjabat tangan inspektur Jenar. Tawa ringan Fahri mengukuhkan keculasan keduanya.

"Baiklah pak Fahri." ia pun segera beranjak dari kantor. Bak angin yang datang dan pegi tanpa kesan. Hanya rasa yang inspektur Jenar. Rasa picik kongkalikongnya dengan Fahri tercium membaui ruangan Fahri yang begitu mewah.

* * *

Bersambung

Wollongong, 28 Oktober 2016

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun