"Ya ya. Saya sudah mendapat pesan dari pak Hendra. Pak Jenar akan datang. Jadi untuk semuanya nanti bisa saya atur."
"Transfernya mohon agar disebar ke beberapa rekening ini pak Fahri." Inspektur Jenar mengeluarkan secarik amplop. Segera ia serahkan ke Fahri.
"Ya ya pak Jenar" Fahri membuka amplop dan membacanya cepat.
"Jadi deal, dana yang diterima dua digit pak Fahri?"Â
"Ya ya pak Jenar. Saya faham benar. Pak Hendra sudah saya percaya selama ini. Saya hanya minta, anggota tidak usah banyak urusi rumah sakit kota. Urusi saja kasus-kasus kecil di pak. Faham ya pak Jenar?" Fahri tersenyum. Ada jerat kepicikan di tatapannya. Inspektur Jenar pun memahami itu.
"Saya memang baru ditugaskan di kota ini pak Fahri. Tapi tenang, pengalaman saya sudah cukup kalau cuma mengalihkan ini semua. Saya cukup tahu transfer lancar. Pak Hendra di atas sana juga aman. Pak Fahri aman. Saya aman. Bukan begitu pak?" sambil berdiri dan mengulurkan tangan ke Fahri untuk berjabat tangan.
"Ya ya pak Jenar. Selamat bertugas. Staf saya nanti hubungi soal transfer. Dan mungkin lain waktu kita bisa keluar dan have fun. Boleh pak Jenar?" sambil menjabat tangan inspektur Jenar. Tawa ringan Fahri mengukuhkan keculasan keduanya.
"Baiklah pak Fahri." ia pun segera beranjak dari kantor. Bak angin yang datang dan pegi tanpa kesan. Hanya rasa yang inspektur Jenar. Rasa picik kongkalikongnya dengan Fahri tercium membaui ruangan Fahri yang begitu mewah.
* * *
Bersambung
Wollongong, 28 Oktober 2016