“Baw saja FN atau Colt kalian. Kita cukup bias menangkapnya hidup-hidup. Untuk lalu kita eksekusi di daerah jauh dari kota. Jika kondisi berubah baku tembak. Kalian segera saja lepas tembakan dan bunuh target. Urusan menghilangkan jasadnya kita urus bersama. Mengerti?” Irham menjelaskan.
“Lalu apa bayaran kita naik bro!” Rangga dengan santainya bertanya.
“Ya tentu. Karena target kita memang bukan orang sipil. Dan juga mungkin target sudah terlatih untuk menembak dan bereaksi cepat dalam suasan genting. Kalian harus waspada dan siap.”
“Berarti kita hentikan mobil target. Lalu kita bekap dan angkut dia ke dalam mobil kita bung?” tanya Husein.
“Rencana A begitu. Tapi kalau terjadi suasana gawat. Segera bungkam dan habisi target.” Irham berkata tegas.
Danu yang dari tadi terdiam memperhatikan mengetahui ada rasa takut pada teman-temannya. Karena Danu sudah pelajari berkas target, W. alias Wardah. Ia bukan polisi sembarangan. Dan Danu tahu apa yang akan mereka hadapi suasana hidup dan mati. Sepertinya hal ini Danu bias rasakan di nada bicara Irham yang ragu. Namun ia tutupi dengan nada yang cukup tegas.
* * *
Bersambung
Wollongong, 25 Oktober 2016
10:34 pm
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H