“Apa? Kenapa mereka bias sampai sana. Baik Abah akan segera saya periksa. Mungkin Niko yang beberapa malam lalu mengantarkan Sofyan terendus jejaknya.”
“Siapapun dia, coba kamu telusuri nak.” Abah segera menutup telepon.
Ia pun segera mengambil container berisi potongan tangan Mariam. Segera ia keluarkan container tadi ke hutang di belakang gubug. Abah lalu membukanya.
Bau busuk bercampur amis telur menyeruak. Dibiarkan container berisi tangan dan telur busuk itu begitu saja. Dan tak lama, lalat-lalalt pun berdatangan. Abah tahu itu.
Betapa bau busuk akan menarik lalat-lalat datang. Dan ia sudah merencanakan untuk mengumpulkan lalat-lalat untuk diberikan pada Mariam dan Sofyan di ruang Kesempurnaan. Biar mereka tahu rasanya membusuk dan dirubungi ribuan lalat.
Biar mereka tahu rasanya membusuk. Rasanya kehilangan nyawa. Betapa Abah dulu pun membusuk harapannya karena orang-orang seperti Mariam dan Sofyan. Biar mereka membusuk di dalam sana.
‘Dasar orang busuk!’ Abah meninggalkan container tadi di tengah hutan.
Kini ia harus memeriksa apa saja yang hilang saat polisi tadi menggeladah gubugnya.
* * *
“Saya dan Danu akan membuntuti target dari belakang. Rangga dan Husein segera mengikuti saat target sudah masuk ke jalan tol. Faham?” ucap Irham.
“Tapi bung, target kita sekarang polisi? Apa kita tidak butuh senjata yang lebih besar?” Husein tiba-tiba bertanya kepada Irham.