Mohon tunggu...
Giri Lumakto
Giri Lumakto Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Literasi Digital

Digital Ethicist | Pemerhati Pendidikan Literasi Digital, Teknologi, dan Budaya | Curriculum Developer for Tular Nalar from Google.org | K'ers of The Year 2018 | LPDP 2016 | STA Australia Awards 2019 | LinkedIn: girilumakto | Twitter: @lumaktonian | email: lumakto.giri@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Karya Karma Bagian 13

25 Oktober 2016   18:34 Diperbarui: 28 Oktober 2016   18:29 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Apa? Kenapa mereka bias sampai sana. Baik Abah akan segera saya periksa. Mungkin Niko yang beberapa malam lalu mengantarkan Sofyan terendus jejaknya.”

“Siapapun dia, coba kamu telusuri nak.” Abah segera menutup telepon.

Ia pun segera mengambil container berisi potongan tangan Mariam. Segera ia keluarkan container tadi ke hutang di belakang gubug. Abah lalu membukanya.

Bau busuk bercampur amis telur menyeruak. Dibiarkan container berisi tangan dan telur busuk itu begitu saja. Dan tak lama, lalat-lalalt pun berdatangan. Abah tahu itu.

Betapa bau busuk akan menarik lalat-lalat datang. Dan ia sudah merencanakan untuk mengumpulkan lalat-lalat untuk diberikan pada Mariam dan Sofyan di ruang Kesempurnaan. Biar mereka tahu rasanya membusuk dan dirubungi ribuan lalat.

Biar mereka tahu rasanya membusuk. Rasanya kehilangan nyawa. Betapa Abah dulu pun membusuk harapannya karena orang-orang seperti Mariam dan Sofyan. Biar mereka membusuk di dalam sana.

Dasar orang busuk!’ Abah meninggalkan container tadi di tengah hutan.

Kini ia harus memeriksa apa saja yang hilang saat polisi tadi menggeladah gubugnya.

* * *

“Saya dan Danu akan membuntuti target dari belakang. Rangga dan Husein segera mengikuti saat target sudah masuk ke jalan tol. Faham?” ucap Irham.

“Tapi bung, target kita sekarang polisi? Apa kita tidak butuh senjata yang lebih besar?” Husein tiba-tiba bertanya kepada Irham.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun