Mohon tunggu...
Giri Lumakto
Giri Lumakto Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Literasi Digital

Digital Ethicist | Pemerhati Pendidikan Literasi Digital, Teknologi, dan Budaya | Curriculum Developer for Tular Nalar from Google.org | K'ers of The Year 2018 | LPDP 2016 | STA Australia Awards 2019 | LinkedIn: girilumakto | Twitter: @lumaktonian | email: lumakto.giri@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Karya Karma Bagian 13

25 Oktober 2016   18:34 Diperbarui: 28 Oktober 2016   18:29 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Crashh!” kepala si anak yang diduga pemberontak putus sekali tebas. Tubuh si anak menggelinjang serupa ayam yang baru saja terpotong.

“Grooookkk…grrooookkk!” suara darah yang muncrat dari leher yang terpotong memberi nuansa mengerikan. Suara paru-paru yang memompa darah kini memuntahkan darah dan oksigen keluar. Seperti sumber air yang baru saja ditemukan, darah mengalir perlahan namun pasti. Merah menggenang di jasad sang anak.

Ada tatapan kepedihan sekaligus ketakutan di kepala si anak yang diduga pemberontak. Matanya tidak mau terpejam. Rasa sakit yang begitu sangat mungkin dirasakan saat kepalanya berpisah dengan badan. Tepat di bekas pemenggalan, urat dan tulang leher bersimbah darah. Menyiratkan betapa maut tebasan machete yang Sadam ayunkan dan memutus hidup dan leher si anak.

“Kapten harus bertangungjawab! Ini menyalahi aturan perang!”

“Persetan dengan aturan itu Norman. Kuburkan saja jasad anak ini. Perduli sekali negara mencari pembunuhnya. Mereka akan menyangka tentara pemerintah yang memenggal dan menguburnya!”

“Tapi, kita adalah tentara perdamaian kapten. Kita harus melindungi yang tidak berdaya bukan?”

“Ah sudah jangan banyak bicara prajurit. Pembunuhan ini juga untuk melindungi masa depan negara memuakkan ini. Cepat kuburkan jasadnya!” Sadam memerintahkan Norman dan beberapa prajurit menguburkan jasad. Masih segar darah menggenang. Masih kentara juga kengerian yang dilakukan Sadam.

Sadam adalah kapten dari grup Helenia di negara konflik di Afrika. Pemerintah mengirimnya bukan tanpa alasan. Sudah banyak negara konflik ia laluli. Mulai dari negara-negara Timur Tengah sampai daerah Siberia di Rusia, ia lalui dengan baik. Pengalaman ia di negara konflik menjadikan Sadam senor dalam hal perdamaian.

Buatnya perdamaian adalah omong kosong. Dan tentara perdamaian tak lain adalah pasukan pembantu tentara pemerintah. Dan ia tahu apa yang harus ia lakukan. Membunuh untuk perdamaian adalah salah satunya. Dan ia sudah lakukan hal ini berkali-kali. Semua demi perdamaian negara atas perintah tentara pemerintah.

Dan usai dari mengurusi konflik di negara-negara Afrika, Sadam memilih mengundurkan diri. Ia ingin menjalani hidup seperti orang biasa. Sudah puluhan tahun di medan perang membuatnya menjadi pribadi yang keras.

Seusai kembali ke tanah air, ia bertemu Safitri. Seorang gadis yang ia kenal saat SMA dulu. Ia tahu Safitri suka padanya. Namun ia dulu begitu canggung dan lugu mengungkapkan cinta. Namun kini Sadam lebih berani. Cintanya pun bersambut di hati Safitri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun