"Ah ya, bukan masalah. See you!"
Tak lama dari itu Ayah kembali untuk benar-benar membawaku pulang ke rumah.
***
Kafe langganan sejak zaman sekolah ini selalu menjadi langgananku untuk bersantai dari rutinitas tingkat akhir yang padat. Di sini juga aku bisa lebih berkonsentrasi dalam mengerjakan skripsi yang sudah memasuki bab tiga.
Rencananya hari ini aku akan bertemu dengan salah satu teman sekelas, namun tiba-tiba saja ia membatalkannya hingga membuatku jadi menikmati minuman dan makanan ringan ini sendirian.
"Krisna?" kata seseorang yang tiba-tiba berdiri di hadapanku yang masih duduk menghadap laptop.
Seorang perempuan muda berambut hitam panjang berkilau membawa sebuah tas dan beberapa buku di tangan kirinya. Kurasa ia juga sama sepertiku, masih mahasiswa. Tapi masalahnya, aku tak mengenalnya.
"Ah, maaf, akhir-akhir ini aku sering bertemu dengan orang asing dan tiba-tiba saja bisa tahu namanya," katanya setelah melihat wajahku yang kebingungan.
Aku sengaja menyuruhnya duduk karena entah kenapa meski memang ia orang asing, aku merasa pernah bertemu di suatu tempat dalam waktu singkat. Ya walaupun itu mungkin hanya sebatas perasaanku saja.
"Arunika, biasa dipanggil Nika."
Kami berjabat tangan sebagai tanda perkenalan, kemudian mulai membahas soal hidup masing-masing. Mulai dari tempat tinggal, asal kampus, sampai menemukan satu kesamaan yang tak terduga.