Ada Kak Larisa di sana dengan dengan perut yang besar, sampai menggendong bayi. Di foto itu tertulis tanggal pengambilan gambar yang mana tak jauh dari tanggal lahirku.
"Selama ini Kak Larisa mendidik aku keras terutama dalam hal pubertas remaja. Ternyata memang ini alasannya, biar aku nggak menghamili perempuan di luar pernikahan seperti apa yang dialaminya dulu. Iya kan, Mba?"
Mba Key menarik napas panjang sambil menatapku miris. Ia menggenggam tanganku erat.
"Siapa ayah aku, Mba? Siapa laki-laki yang membuat Kakak menanggung beban seberat ini?"
"Mba juga nggak tahu, Di," jawab Mba Key lirih. "Karena... Larisa bukan hanya sekadar hamil di luar nikah."
"Maksudnya?" tanyaku penasaran.
"Dia korban pemerkosaan tragis oleh tiga teman sekolahnya yang nggak bertanggungjawab. Sampai sekarang, dia bahkan nggak tahu siapa ayah biologis kamu dari ketiga laki-laki itu."
Badanku seketika lemas sampai tak bisa berkata apa-apa lagi. Ternyata apa yang terjadi 14 tahun lalu lebih mengerikan dibanding apa yang aku pikir sebelumnya.
***
L A R I S A
Ini sudah hampir jam tujuh malam dan Adiyaksa sama sekali belum bisa dihubungi. Aku benar-benar khawatir dengan kondisinya saat ini. Apa dia ada di tempat yang aman? Atau, apa dia sudah makan? Bagaimana jika penyakit maag-nya kambuh? Semua pikiran itu terus menghantui seakan tak membiarkan diri ini tenang.