Hari ini Faris tidak masuk sekolah. Alasannya sakit. Tapi laki-laki itu sama sekali tidak mengatakan apa-apa pada Alva. Apa ia marah sampai tidak mengabari untuk hal sepele seperti ini? Padahal apapun itu, biasanya ia selalu berbagi cerita pada Alva, bahkan untuk hal yang tidak penting sekalipun. Alva tahu bahwa kemarin ia benar-benar keterlaluan.
Di kelasnya sebelum guru datang, Alva ingat menyimpan buku tulisnya di kolong meja dan lupa dibawa kemarin. Maka ia menundukkan kepalanya ke arah bawah meja untuk menemukan apa yang dicari. Memang ketemu, tapi ada satu hal yang janggal. Sebungkus coklat bernuansa putih ia ambil dari sana. Dari siapa ini?
Ada selembar surat yang ditulis di sana. Ia membacanya perlahan.
Hei, thanks buat coklat yang pernah kamu kasih waktu itu di motor aku. Rencananya, aku mau balas pemberian coklat itu di White Day 14 Maret nanti. Tapi, aku pikir itu terlalu lama. Apalagi aku jarang lihat kamu di perpustakaan.
Dari dulu kamu nggak berubah ya, selalu aja ceroboh. Aku tahu kalau pengirim coklat itu kamu karena nggak sengaja dengar percakapan kamu dan Faris tempo hari.
Kalau kamu nggak keberatan, aku tunggu kamu di perpustakaan. Mungkin kita bisa ngobrol ringan soal pelajaran. Ya meskipun memang jurusan kita beda.
Oh ya, semoga suka sama coklatnya.
See you,
Stefani
Saat itu juga ada senyuman yang terbentuk dari bibir Alva. Semangatnya seolah terisi penuh seketika. Maka, ia langsung menghubungi Faris.
GUE PUNYA KABAR BAIK!