"Mungkin itu cuma perasaan gue aja. Gue yakin dia masih di rumah. Ya udah, lo dateng ke rumah Tante gue aja dulu. Nanti jam sebelas kita ke Malioboro bareng-bareng lagi."
"Gue nggak ngerti. Halo? Halo?"
Percakapan selesai.
***
Clarisa masih berdiam diri di halaman belakang bersama sahabatnya, Yasmin. Sejak lima tahun lalu, sejak ia kehilangan pendengarannya, ia selalu melewatkan malam tahun baru di sini, ditemani oleh sahabat yang tak hentinya selalu menemani dari tahun ke tahun tanpa memandang kekurangannya.
"Tiap tahun kita selalu aja gini." Yasmin membuka topik. "Melihat kembang api, bakar jagung, atau niup terompet."
Clarisa memberikan gerak isyarat. Untuk yang baru mengenalnya, mungkin tidak akan tahu apa maksud gerak itu. Tapi lain dengan Yasmin. Ia tahu bahwa Clarisa hanya bisa berkomunikasi dengan cara seperti ini.
Makasih ya udah mau jadi sahabat aku :)
Yasmin memeluk Clarisa erat. Ia tak bisa lagi menahan air mata yang akhirnya jatuh membasahi pipi.
"Sama-sama, Clarisa. Gue seneng bisa jadi sahabat lo."
Sekali lagi, Clarisa memberikan isyarat.