Tunggu, Rasel!
Rasel menghentikan langkah, ia lupa harus mengatakan sesuatu kepada gadis ini.
"Oh iya, malem nanti aku tunggu kamu di Malioboro ya. Kalau mau, kita lihat pergantian tahun bareng-bareng. Kalau cuma aku berdua sama Alvan rasanya kurang seru. Kamu boleh ajak Yasmin nanti. See You."
Punggung Rasel akhirnya menghilang dari pandangan Clarisa.
Kamera itu, laki-laki itu. Apa mungkin dia adalah...
Ingatannya kembali tersapu oleh kenangan lama. Ia ingat dulu pernah ada seorang remaja yang diam-diam memotretnya saat sedang memainkan biola di halaman belakang. Saat ia menoleh ke arah kamera, laki-laki itu panik dan segera berlari dari hadapannya.
Apa mungkin Rasel adalah laki-laki itu?
***
Pukul sembilan malam. Suasana Jalan Malioboro sudah mulai dipadati oleh banyak individu, baik itu pejalan kaki, pengendara kendaraan bermotor, ataupun pedagang yang masih setia menemani wisatawan di trotoar jalan. Rasel dan Alvan pun demikian, mereka berdua ikut memenuhi jalan ini untuk bersama-sama merayakan malam pergantian tahun.
"Lo aneh, deh. Masa lo nyuruh Clarisa dateng ke sini buat nemenin kita, sementara suasana Malioboro udah dibanjiri sama manusia. Gimana cara lo nyari?"
Rasel hanya diam, membiarkan temannya itu terus bicara dan menasehatinya seperti anak kecil kehilangan balon berbentuk kotak. Ia tahu, mungkin permintaannya terasa konyol. Lain lagi ceritanya jika ia memberi tahu tempat pertemuan di tempat yang lebih spesifik.