Mohon tunggu...
M. Gilang Riyadi
M. Gilang Riyadi Mohon Tunggu... Penulis - Author

Movie review and fiction specialist | '95 | contact: gilangriy@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Tentang Malam yang Membenci Kilau Api (2/2)

27 Desember 2018   20:13 Diperbarui: 27 Desember 2018   20:57 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
image by jogjaspace.com

Rasel menggelengkan kepalanya, ia mencoba menepis sejenak tentang kejadian tiga tahun yang lalu itu. Sekarang, ia sudah berdiri di pintu rumah Clarisa. Ia mengetuk pelan dengan debaran jantung yang tak tertahankan. Beberapa detik kemudian, seorang gadis berambut ekor kuda datang membukakan pintu, dengan alat bantu pendengaran yang terpasang halus di telinganya.

***

Clarisa menatap benda di meja itu dengan tatapan heran. Sebuah kamera SLR? Milik siapa? Ia menanyakan pada Neneknya yang sedang memasak di dapur tentang kamera tersebut. Dan Neneknya berkata bahwa itu milik Rasel, laki-laki yang singgah ke halaman belakang rumahnya saat kemarin malam.

Clarisa menatap sebal. Laki-laki itu lagi. Sebenarnya siapa dia? Kenapa Nenek bisa kenal?

Ia sengaja menghidupkan kamera SLR itu, lalu dengan iseng melihat gambar apa saja yang sudah menjadi objek pemotretan Rasel. Dan gambar terakhir yang terlihat jelas pada layar kamera adalah fotonya sendiri. Itu Clarisa yang sedang memainkan biola kemarin malam. Tidak hanya satu, tapi ada beberapa. Ia semakin bingung dan tak mengerti.

TOK! TOK!

 Ada tamu. Clarisa berjalan ke arah depan, lalu membuka pintu tanpa melepaskan kamera SLR itu dari genggamannya. Dilihatnya Rasel sudah berdiri tegak di sana, hanya mengenakan kaos putih polos dengan pasangan celana jeans biru tua.

"Maaf ganggu, aku mau ambil kamera aku yang kemarin..."

Rasel membiarkan suaranya berhenti dan menggantung di udara. Ia mendadak bisu saat melihat kamera itu sudah berada di tangan Clarisa.

Clarisa pun tampak salah tingkah. Ia ingin bicara sesuatu, namun tak sanggup.

"Terima kasih." Rasel mengambil alih kamera miliknya, lalu berbalik arah untuk kembali ke rumah Tantenya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun