Mohon tunggu...
M. Gilang Riyadi
M. Gilang Riyadi Mohon Tunggu... Penulis - Author

Movie review and fiction specialist | '95 | contact: gilangriy@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Tentang Malam yang Membenci Kilau Api (2/2)

27 Desember 2018   20:13 Diperbarui: 27 Desember 2018   20:57 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
image by jogjaspace.com

***

Rasel melangkah keluar rumah untuk menemui Clarisa. Hanya perlu waktu tiga menit untuk berjalan kaki, maka ia akan sampai di rumah gadis itu yang sudah lama tinggal bersama neneknya.

Ia tak bisa melupakan bagaimana awal pertemuannya bersama Clarisa. Saat itu usianya baru 16. Seperti tahun-tahun sebelumnya, saat akhir tahun tiba, Rasel akan datang ke rumah Tante Rosa di Yogyakarta dan berkumpul bersama keluarga besar untuk menyaksikan detik-detik pergantian tahun.

Ia datang menggunakan mobil pribadi dan duduk di bangku tengah dekat jendela. Laju mobil yang tidak terlalu kencang dapat membuatnya melihat secara jelas kompleks perumahan ini dengan seksama.

Lalu tanpa sengaja, matanya tertuju pada seorang gadis seusianya yang sedang berjalan membawa sebuah alat musik. Itu biola, dan Rasel sangat menyukai musik yang diciptakan oleh alat musik tersebut. Ia hanya menatap gadis itu untuk beberapa detik, tanpa ada perasaan khusus.

Keesokan harinya Rasel diajak oleh Tante Rosa berkunjung ke salah satu tetangganya. Dan saat itulah pertama kalinya ia mendengar alunan musik itu secara langsung yang dimainkan oleh Clarisa. Sejak itu, ada rasa kagum tumbuh di dalam hatinya.

Saat perayaan tahun baru tiba, Rasel begitu gembira bersama keluarganya. Mereka mengadakan pesta kecil di halaman depan rumah, membakar jagung, daging, meniup terompet serta menyalakan kembang api yang meledak-ledak di udara. Sungguh sempurna.

Malam itu juga, Rasel melihat Clarisa sedang berlari terburu-buru melewati rumahnya. Dan tanpa sadar, gadis itu menjatuhkan kotak kecil yang akhirnya tergeletak di aspal jalan. Rasel memungutnya, lalu melihat isi dari dalam kotak tersebut.

Headset? Tapi bentuknya sedikit aneh.

Rasel mencoba memanggil Clarisa dengan sebutan "Hei, Kamu", tapi gadis itu tidak mendengarnya, terus berlari meninggalkan Rasel yang masih kebingungan.

Sehari kemudian Rasel tahu dari Tantenya bahwa tetangganya itu ternyata mempunyai masalah dalam pendengaran dan harus mengunakan alat bantu yang dipasang pada telinganya. Rasel juga tahu, bahwa isi dari kotak kecil kemarin bukanlah sebuah headset.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun