"A-B apaan, sih? Plat nomor kendaraan?"
"I..yup!" si emprit menjawab senang.
"AB itu plat Jogjakarta, kan? Kalau B itu plat Jakarta. Lalu artinya apa?" tanya Remi masih bingung.
"Dalam Jog-Jakarta sudah terkandung Jakarta. Jadi, kalau aku janji mau jalan kaki ke Jakarta, aku cukup jalan di Jogjakarta, lalu nutupin JOG-nya. Itu sudah sah..hehe," si burung terkekeh.
"Ooo.. dasar politikus. Eh, iya.. iya, bebarti kamu menirukan kakek itu, yaa. Hah.. sudah tertebak. Next!"
"Iya. Tapi kamu butuh clue. Tidak bisa menyimpulkan dari awal." Kata si burung lalu mundur. Seekor emprit lain gantian maju. Ia melenggak-lenggok seperti peragawati.
"Silakan," kata Remi tak sabar.
Si burung mengucap salam sebentar. Lalu diam. Seakan berkonsentrasi. Tatap matanya tiba-tiba mengerjap-ngerjap cepat, air matanya mengembang, dan.....mulailah ia terisak.
"Hah..sudah..sudah. Sudah tertebak. Itu pasti si emak-emak yang ke mana-mana ngaku penulis best seller. Piawai mengawali premis dengan nangis. Iya, kan?" kata Remi yakin.
"Hmm.. terserah..," jawab si burung, lalu mundur.
Remi tergelak. Si burung ini gengsinya gedhe. Tidak mau mengakui. Mungkin masih terdikte perannya sendiri barusan.