"Ooooalah..sialan kalian. Oke, ya sudah. Berikutnya,"kata Remi.
Kali ini seekor burung kurus. Kepalanya berjambul. Putih. Mirip uban. Ia berjalan pelan, terbungkuk.
"Ini kakaktua?" tanya Remi.
"Bukan. Ini kakek tua" jawab si burung sambil melotot.
Remi kaget. Meski terkesan sudah tua sekali, tatapannya tajam. Seperti elang. Eh, bukan. Seperti burung hantu, kokok beluk. Agak sedikit sinis. Remi mulai menebak-nebak siapa tokoh yang diperagakan si burung.
"Jadi, semua sekarang harus sepakat.......," suara si burung terdengar diseret-seret. Khas orang tua zaman dulu. Intonasi standar saat menggurui anak atau cucunya.
Si burung tak banyak gerak. Hanya terlihat mulutnya eh, paruhnya bergerak-gerak saat berbicara. Remi masih belum paham. Ia menggeleng.
Si burung agak jengkel. Sudah all out tokoh pilihan ia perankan, tak juga Remi paham. Sekarang ia berbalik. Terlihat di ekornya ada tulisan. Dua huruf. AB.
"A..B.. apaan, tuh?" Remi tak paham.
Si burung kembali berbalik menghadap Remi.
"Ini AB. Dalam AB sudah terkandung B. Paham?" tanya si burung.