Remi punya rutinitas baru. Memberi makan burung-burung di pekarangan belakang rumahnya. Khususnya emprit alias pipit. Makanannya nasi sisa makan dan hasil rendaman kerak magic com.
Tiap pagi Remi meletakkan segepok nasi di atas papan kayu datar di dekat tanaman singkong. Tak lama setelahnya, segerombolan emprit akan berdatangan dan memakannya. Jika Remi lupa, beberapa perwakilan emprit akan masuk ke dapurnya. Mencari-cari makanan. Jika melihatnya, Remi pasti merasa diingatkan. Ia segera ingat akan "kewajibannya" menyediakan makanan. Jatah preman.
Remi suka mengamati burung-burung itu makan. Dari kejauhan. Karena kalau kedekatan, mereka pasti bubar. Beterbangan.
Namun, pagi ini agak lain. Saat mengamati burung-burung itu makan, beberapa di antaranya bergerombol berjalan sambil melompat-lompat mendekatinya. Genit sekali tingkah mereka. Remi merinding. Ia merasakan keanehan.
"Pagi, Mbak Remi," sapa seekor emprit paling gendut.
Remi tercengang. Ia merasa sedang berhalusinasi. Tapi dasar Remi. Merasa halusinasinya lucu, ia membiarkannya saja. Melanjutkannya saja.
"Pagi, Prit," balasnya ramah.
"Tumben berani mendekat. Ada apa, nih?" sambungnya.
"Kami ingin beri tebakan untukmu. Kami akan menirukan orang-orang sebangsamu. Kamu tebak siapa dia, oke?" kata si emprit gendut.
Remi terbahak.