"Buktinya apa? Jangan main tuduh semaunya!" elak Caca.
"Karena hanya kamu yang ada di situ bersama Nana, cuma kamu yang tahu kalau air kelapa itu akan diminum Nana!" Kancil makin penasaran.
"Jangan sembarangan. Banyak pihak lain yang datang. Nini juga tahu, kok!" sahur Caca.
"Benar, Nini? Banyak pihak lain di ruangan yang sama dengan Caca dan Nana sebelum Nana tak sadarkan diri tadi?" si Kancil berlagak bak tim penyidik.
"Memang benar ….."
"Tuh, kan!" Caca memotong ucapan Nini.
"Tapi cuma kumbang, kupu-kupu, dan belalang," lanjut Nini.
"Nah, mana mungkin kupu-kupu, kumbang, dan belalang yang membawa racun ular belang lalu menaruhnya di air kelapa yang diminum Nana?" Kancil berteriak jengkel. Ia merasa logikanya dipermainkan.
"Lah, apa ada di antara kalian yang melihat sendiri aku menaruh racun ke air kelapa? Buat apa aku melakukan itu? Aku tak punya masalah dengan Nana!" kata Caca tetap tenang.
"Mungkin saja kalau Nana mati lalu akan kamu makan. Bisa saja, kan? Karena ukuran tubuhmu masih terlalu kecil untuk dapat mengatasi tenaga Nana," Kancil menguji skenarionya.
"Iya, tuh. Paling-paling mau dimakan. Untung segera ketahuan!" beberapa penghuni hutan lainnya menimpali.