Partisipasi yang dimobilisir terjadi bila saja, mereka bergerak dan rela berjubel hingga kerongkongan mereka kering karena dorongan oleh ward boss ataupun elite tertentu sehingga membutakan akal mereka mengapa perlu memihak.Â
Hematnya, untuk mengetahui klasifikasi antara yang otonom dan mobilisir, bisa dilihat melalui motiv tingkah laku mereka.
Bisa jadi, apa yang dilakukan oleh Rhoma Irama itu Motiv yang dimobilisir, apabila mereka rela berjubel disitu benar dengan hati nurani rela untuk berperan secara pure, mengesampingkan aspek materiil (baca; uang).Â
Dari catatan sejarah tersebut, kita dapat belajar, partisipasi politik tidak hanya dinilai melalui kehadiran seremonial kita dalam pemilihan politik, akan tetapi partisipasi itu harus dilakukan secara terstruktur, terukur bukan hanya sebatas "asal bapak senang".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H