Beberapa tokoh seperti Rhoma Irama dengan partai ka'bahnya dan pelawak S.Bagyo dengan partai beringinnya, diutus menemani rakyat berkampanye sesuai dengan warnanya masing-masing.Â
Meskipun perihal pilih memilih itu rahasia, namun secara empirik kita dapat memetakan kemana arahnya utusan orang-orang itu.
Partai beringin mengundang artis-artis populer. Benyamin S, Camelia Malik, Elvi Sukaesi dkk, ikut serta di lapangan untuk menemani para simpatisan yang berjubel walau matahari sedang terik-teriknya membakar kulit indah mereka.Â
Orang-orang politik itu banyak akal guna menggaet masa lebih. Dengan mengundang tokoh-tokoh tersebut, Sekolah Menengah dan pegawai negeri diliburkan untuk ikut berjubel menghadiri kampanye politik.
Di tahun tersebut, peristiwa lapangan banteng kita teringat. Beberapa kelompok membawa bendera masing-masing.Â
Tembakan senjata peringatan hanya diketawai oleh para simpatisan, walaupun niat awal ABRI untuk menertibkan kerumunan. Mereka malah bersorak ria, menyampaikan narasi dukungan masing-masing.
"Kenek Sopir Pilih Beringin", "Pejah Gesang Madep Kiblat (Baca; Ka'bah)", "Umat Pilih Banteng". Narasi tersebut tersampaikan baik vokal maupun moral di beberapa tembok kosong Ibu Kota.Â
Biarpun Vandalisme, nampak begitu polos penuh harap dari raut wajah yang memperjuangkan demokari untuk kemakmuran rakyat.
Partisipasi Politik namanya. Rakyat berhak memalingkan pandangan ataupun mengepalkan tangan untuk memilih salah satu harapan juga impian pada salah satu partai ataupun membuat alternatif lain.Â
Buku Gubahan Samuel P. Huntington dan Joan Nelson (1994), berjudul "Partisipasi Politik di Negara Berkembang", mendedah lebih teoritis apa itu partisipasi politik.
Samuel dan Joan Nelson menggugah nalar kita untuk mengetahui motiv gerak-gerik masyarakat menanggapi realitas politik.Â