Pada malam hari, Alya masih berada di luar vila. Ia memperhatikan orang-orang di luar vila yang masih bercengkrama riang. Alya memutuskan untuk mengelilingi vila. Pada pintu utama vila, Alya melihat seorang pria keluar dengan mengendap-ngendap. Pria tadi terlihat seperti membawa golok dan tali pada pinggangnya. Berjalan cepat mengendap-ngendap menuju hutan.
"Mbah Dewo?!?", Gumam Alya.
Alya tanpa pikir panjang mengikuti pria yang diduganya Mbah Dewo. Ia sudah tidak merasakan lagi sakit pada kakinya. Ia bisa mengikuti langkah Mbah Dewo dengan cepat. Masuk ke dalam hutan yang gelap karena malam.
* * *
Alya benar-benar mengikuti Mbah Dewo. Ia tak membiarkan Mbah Dewo lepas dari pandangannya. Bukit sisi timur sama saja kondisinya seperti tempat Alya melantunkan langgam, rimbun penuh dengan pepohonan, hanya saja dekat sekali dengan sungai. Ada dua orang di sana, mereka terdengar dekat sekali.
"Ayo Ayu.. Cepetan! Lama banget sih kencingnya?"
"Sebentar.. Aku lagi cari tempat dulu!"
"Jangan terlalu dekat dengan sungai! Jangan terlalu jauh!"
"Ya sudah! Kalau kamu tidak mau menunggui aku, duluan saja sana ke tenda!"
"JANGAN AYU.. JANGAN.. JANGAN BIARKAN TEMANMU MENINGGALKANMU!!", Alya berteriak.
Suara teman Ayu sudah tidak terdengar. Ia benar-benar pergi meninggalkan Ayu. Mbah Dewo mulai bergerak, mengendap-ngendap mendekati Ayu.