Mohon tunggu...
Fahmi Idris
Fahmi Idris Mohon Tunggu... Professional IT - System Analyst -

Introvert, Kinestetik, Feeling Extrovert, System Analyst, Programmer, Gamers, Thinker, Humorous, Dreamer. Web : ghumi.id Instagram : fahmi_gemblonk

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Penggenggam Jasad: Lelayu Ayu

24 Mei 2012   12:11 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:52 355
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13377517631810938662

"Selamat ulang tahun ya anakku sayang! Kamu sudah dewasa sekarang. Sudah 18 tahun dan sudah lulus SMU!", Wanita tadi kembali mengecup kening anak gadisnya, "Ayu Thungga Dewi, sekarang kamu boleh menikmati liburanmu"

"Aku ingin berkemah di hutan bersama teman-temanku bunda! Boleh?!?"

"Hutan di bukit sana aman kan Pak Dewo?", Wanita setengah baya yang dipanggil bunda tadi menoleh pada pak Dewo bertanya.

"Mbah Dewo?!?", Alya menoleh pada pria yang ditanya wanita tadi.

"Aman Bu.. Tidak ada binatang buas atau tempat yang berbahaya di sana! Bahkan ada semacam pondokan di atas sana! Pemandangannya bagus sekali waktu matahari terbit."

"Tuh kan bu, Aman.. Kami berangkat sekarang ya.", Ayu sedikit merajuk pada ibunya.

"Iya.. Kamu boleh ke sana bersama teman-temanmu. Tapi ingat ya, kamu harus sampai ke tempat yang Pak Dewo bilang sebelum gelap."

"Makasih Bunda, Ayu sayang Bunda!"

Ayu kemudian masuk ke dalam vila. Tidak berapa lama kemudian ia sudah keluar dengan tas besar di pundak. Memberi kode pada teman-temannya yang sudah siap dari tadi untuk mengikuti menyusuri jalan setapak sisi vila menuju arah barat. Arah matahari yang masih bersinar merah sore hari. Ayu dan kelima temannya terlihat semakin jauh. Semakin tidak terlihat, tersamar rimbun pepohonan bukit.

Alya terlihat sudah tampak tenang sekarang. Alya sadar kalau ia berada pada bertahun-tahun ke belakang. Mbah Dewo masih muda, dan Tejo juga Nunik yang masih anak-anak. Alya melihat pada sekeliling. Alya memperhatikan gelagat aneh pada Mbah Dewo yang tampak gelisah. Ia seolah menunggu sesuatu. Mbah Dewo kemudian masuk ke dalam vila, ia tidak keluar lagi hingga matahari benar-benar bersembunyi di ufuk barat.

* * *

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun