"PERGI KAU..!! JANGAN MENDEKAT...", Alan mencoba menarik tangan Galuh untuk berdiri, "Ayo Luh.. Â Bangun..!!", Alan kemudian membopoh Galuh. Tangan kanan Galuh melingkar pada bahu Alan. Mereka berjalan cepat berusaha menjauhi Nunik.
"HUAHAHAHAHAHAHAAAAA.... MAU KEMANA KALIAN?!? HAH!?!", lemparan ranting kering dari Alan tak dapat menghentikan langkahnya.
Siang terasa semakin gelap. Bukan hanya karena awan hitam pekat sisa hujan tadi, tapi karena Galuh dan Alan masuk lebih dalam ke dalam hutan, cahaya matahari seakan tak mampu menembus lebatnya hutan. Tanah basah sisa hujan pagi tadi membuat Galuh dan Alan kesulitan berjalan cepat. Gumpalan-gumpalan tanahnya melekat pada sepatu mereka. Pakaian mereka sudah tak karuan, basah berlumpur. Terlebih pada pelipis kanan Alan yang berlumpur bercampur darah kering. Mereka tergopoh-gopoh, masuk ke dalam hutan. Semakin dalam.
* * *
"Al.. Al.. Bangun Al.. Alya...", Kurnia menepuk-nepuk pipi Alya, mencoba menyadarkannya.
"Yat.. bukain tali di samping ransel gue... cepetan..!!", Perintah Sani pada Hidayat sambil menunduk mengambil golok yang sedari tadi tergeletak di sebelah ranselnya, "Brand, ambil tongkat..!", Mereka bertiga sudah siap dengan perlengkapannya masing-masing sekarang.
"Hei..! Mbah Dewo ke mana?!?", Hidayat memegang tali sekarang.
"Lah?!? Mana kutahu?!? Zedari tadi aku coba zadarkan Alya.."
Bum
"Pintu belakang..!! Ayo tangkap dia..!!"
"Coki.. Kamu mau kemana?!?", Kurnia menggenggam pergelangan kiri Coki, "Kamu di sini aja.."