Rahangku mengeras.
Ekspresiku makin kaku, menahan amarah.
Apa bedanya aku dengan si Okta barusan ?
“ Kutolak kok … beneran, sudah kutolak. “
Aku tahu, kau berusaha keras menjelaskan situasinya.
Tapi bukan itu.
Kau justru memperkeruh suasana dan membuatku benar-benar marah.
Aku sudah tak tahu lagi harus berkata apa.
Kulempar ponselmu hingga membentur dinding dan pecah berantakan.
Kau terdiam.
Terkesiap kaget.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!