Kuulang pertanyaanku di awal tadi lambat-lambat.
Lebih lambat dari biasanya.
Ringkas, cukup 1 kata dan bernada menekan.
Memintamu mengulang jawaban sebelumnya atau lebih tepatnya, memaksamu memberikan jawaban yang sebenarnya.
Aku yakin, aku lebih dari sekedar mampu untuk membuatmu bicara.
Dan, kau pun menghela napas panjang.
Mengaku kalah.
“ Okay .. okay, dia juniorku di kampus. Satu komunitas backpack dan … cantik ? “
Mudah saja menandai kebohonganmu.
Dan, aku menyadari nada menggantung di akhir kalimatmu.
Selama sepersekian detik kau mencoba mencari kata-kata lain yang bisa kau pakai untuk mengakhiri kalimat nanggung barusan.