Bel istirahat pun berbunyi. Semua anak-anak bergegas keluar dari kelasnya masing-masing. Ada yang segera ke kantin untuk membeli makanan kecil, ada yang saling bersenda gurau sambil berlari-larian dan ada yang hanya duduk-duduk saja sambil mengobrol di luar kelas. Aku sangat menikmati semangat anak-anak di sekolah ini.
Bintang mengobrol seru dengan Fajar, teman sebangkunya, di luar kelas. Aku tidak mengerti apa yang mereka obrolkan dan aku juga tidak perduli karena aku sibuk memperhatikan anak-anak yang berlari-larian di depanku ini. Rasanya aku juga ingin berlari-larian seperti mereka, pasti mengasyikan, pikirku.
Sewaktu mereka masih mengobrol, aku melihat empat orang anak menghampiri Bintang.
"Sepatu baru nih...", kata satu orang anak bertubuh gendut.
"Iya Den, ini dikasih kok"
"Kenalan dulu dong", kata anak bertubuh gendut yang dipanggil Den itu sambil serta merta menginjak-injak aku disusul oleh ketiga temannya.
Aku menjerit sekuat tenaga karena injakan mereka yang kasar dan kuat. Sakit sekali.
"Jangan Den", seru Bintang sambil berusaha menghindar dari injakan kaki mereka.
Fajar terlihat berusaha menarik Bintang kembali ke dalam kelas sambil berkata lantang,"Apa-apaan kau Deni! Akan aku laporkan kepada guru".
Deni dan teman-temannya tertawa mengejek sambil berlari ke arah lapangan sekolah. Sebelum menghilang dalam kerumunan anak-anak yang lain, sekilas aku melihat Deni menatap Bintang dengan tatapan aneh yang membuat aku takut.
"Deni emang kelewatan", Fajar menggeram menahan kesal begitu mereka kembali duduk di bangku mereka.