Mohon tunggu...
Gideon Budiyanto
Gideon Budiyanto Mohon Tunggu... Lainnya - Writer

Manusia pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen : Kisah Sepasang Sepatu

12 Mei 2020   17:20 Diperbarui: 13 Mei 2020   11:33 2784
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Sepatu (Foto : Pexels/Anastasia Zhenina)

"Sebentar lagi Bintang akan bersekolah, kamu harus siap-siap", sepatu dekil itu berkata lirih.

Aku agak heran melihatnya, tidak ada kesan ceria sama sekali, malah terkesan suram dan tidak bersemangat, apa karena dia merasa tidak berguna karena Bintang tidak memakainya lagi ke sekolah? Nanti sepulang sekolah akan aku tanyakan, pikirku.

"Aku sudah siap kok", kataku sambil melentur-lenturkan badan.

Bintang sudah berdiri di hadapanku dengan memakai pakaian rapih, kemeja putih dan celana pendek merah. Aku tersenyum kepadanya yang, tentu saja, tidak membalas senyumanku itu. Sebuah tas ransel berwarna biru bergambar tokoh superhero tergeletak di kursi tamu.

Bintang meraih aku dan segera dipakaikan di kakinya. Benar saja, seketika aku bisa merasakan perasaan dan suasana hati Bintang. Keceriaannya sama seperti gambar anak-anak di toko sepatu itu, pikirku gembira.

Ningsih mengambil tas ransel biru itu dan memakaikannya di pundak Bintang.

Setelah berdoa bersama, Ningsih mengecup kening Bintang dan berpesan supaya ia hati-hati di jalan dan tekun belajar di sekolah. Namun, entah kenapa, aku seperti merasakan suara Ningsih bergetar menahan rasa khawatir.

"Apa yang harus dikhawatirkan? Kan ada aku yang akan selalu menemani Bintang", aku berkata kepada diriku sendiri dengan penuh rasa percaya diri.

Sepanjang perjalanan Bintang ke sekolah, aku melihat kendaraan, motor maupun mobil lewat silih berganti. Orang-orang ramai berjalan atau berbicara satu sama lainnya, suara klakson di sana sini , persis sama dengan yang pertama kali aku dengar sewaktu aku dibawa oleh Indah ke rumah Bintang dalam kardus. Hanya kali ini aku bisa melihat dengan jelas dan bukan hanya mendengar suara.

Sesampainya di sekolah, Bintang disambut oleh teman-temannya. Mereka tertawa dan bersenda gurau bersama sambil menunggu bel masuk berbunyi. Karena jarak antara rumah Bintang dan sekolah yang tidak terlampau jauh, aku masih belum merasakan capek ketika berjalan tadi.

Pelajaran pun berlangsung dengan tertib. Semua murid tampak memperhatikan dengan sungguh-sungguh semua penjelasan yang disampaikan oleh pak guru di depan kelas. Aku bisa merasakan bahwa Bintang adalah murid yang cerdas. Sesekali ia menjawab pertanyaan pak guru yang dilontarkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun