Bintang hanya terdiam sambil tangannya sibuk mengkibas-kibaskan debu di tubuhku bekas injakan tadi.
Aku merasakan Bintang sedih, takut dan marah.
"Yah mau gimana lagi Jar," sahut Bintang, "Anak-anak kelas lima emang suka seenaknya sama kita yang kelas tiga."
"Iya, tapi si Deni tuh yang paling belagu".
Kembali Bintang hanya terdiam.
"Gimana pukulan si Deni kemarin di punggung kamu, masih terasa sakit?".
Bintang mengangguk.
"Masih Jar. Semalam Ibu aku lihat bekas pukulan itu berwarna biru di punggung aku, dia nanya kenapa, aku bilangnya terjatuh pas tanding bola "
"Kenapa sih si Deni itu ngincer kamu terus Tang?", tanya Fajar dengan gemas.
"Gak tahu Jar, mungkin karena waktu itu aku pernah laporin dia ke guru piket karena terus minta duit ke kita."
Aku melihat Fajar seperti terlihat terkejut.