Mohon tunggu...
Gideon Budiyanto
Gideon Budiyanto Mohon Tunggu... Lainnya - Writer

Manusia pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen : Kisah Sepasang Sepatu

12 Mei 2020   17:20 Diperbarui: 13 Mei 2020   11:33 2784
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Sepatu (Foto : Pexels/Anastasia Zhenina)

"Jadi kamu yang laporin si Deni? Pantas sudah berapa hari ini dia gak minta-minta duit lagi ke kita. Kok kamu berani laporin si Deni , Tang? Kita semua gak ada yang berani, tau sendiri, bapaknya aja preman pasar".

"Tadinya aku juga gak berani Jar, aku juga takut tapi pas aku lihat ibuku yang susah payah setiap hari jualan jamu dari pagi sampai sore naik sepeda untuk kasih aku duit buat jajan dan sekolah, aku jadi merasa kesal sama si Deni yang bisanya cuma minta-minta doang. Akhirnya aku laporin aja ke guru biar dia tau rasa. Emang dia kira gampang nyari duit", kata Bintang.

Aku bisa merasakan kekesalan hati Bintang. Akupun juga masih kesal karena tubuhku diinjak dengan semena-mena, ingin rasanya aku injak balik si Deni itu!

Bel kembali berbunyi. Rupanya sudah saatnya pulang karena aku melihat semua anak di kelas Bintang bergegas membereskan buku serta alat-alat tulis dan dimasukkan ke dalam tas. Setelah mengucapkan salam, mereka segera keluar kelas secara tertib.

Aku mendengar Bintang berkata kepada Fajar bahwa nanti sore ia akan mampir ke rumah Fajar untuk bermain games bersama, Fajar pun berkata bahwa ia akan memperlihatkan games terbaru seperti yang tadi ia ceritakan di waktu istirahat. Bintang tertawa kecil. Kemudian mereka pun berpisah.

3.

Cuaca begitu terik ketika Bintang berjalan santai menuju ke rumahnya. Udara panas dan debu yang beterbangan di hadapanku membuat aku merasa tidak nyaman.

"Duh, panas sekali, Bintang apa tidak bisa dipercepat ya jalannya," keluhku sambil membayangkan rumah Bintang yang begitu nyaman dan sejuk.

Tidak berapa lama, aku melihat Deni dan ketiga temannya sedang berdiri di ujung sebuah gang. Tampak mereka sedang berbincang-bincang sambil sesekali tertawa. Aku merasakan Bintang sepertinya agak takut.

Bintang seharusnya menghindar dari mereka, pikirku. Tapi aku teringat bahwa tadi pagi Bintang melewati jalan ini juga ketika hendak ke sekolah. Mau tidak mau, Bintang harus berjalan melewati mereka karena jalan melalui gang ini adalah satu-satunya jalan yang menuju ke rumah Bintang.

Dari kejauhan, Deni melihat Bintang, kemudian ia beserta dengan ketiga temannya itu berjalan mendekatinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun