"Aku juga belum izin Bang."
Mendengar orang tuanya terus berdebat, Alif langsung buka seragam yang baru dipakaikan Ibunya. Karena itu Ibunya mengalah. Tentu setelah mengantar surat izin ke tempatnya kerja. Ibunya meminta sedikit keadilan pada suaminya, untuk mengantar Alif ke sekolah. Kesepakatan disepakati.
Meski terlambat sedikit dari janji, Ibunya datang. Seketika teman-teman Alif yang awalnya meragukan jadi percaya.
Alif masih masuk lima besar. Sedangkan Mira tetap juara. Dan Udin juga masih saja juara dari belakang. Bagi Alif itu tidak penting. Yang ada dibenaknya hanya ada liburan. Kalau anak-anak lain bertanya nilai yang didapat pada orang tua atau wali, Alif tidak.
"Hari Sabtu jadi liburan kan, Bu?"
***
Jum'at sekolah sudah libur. Sebenarnya Alif langsung ingin berlibur. Tapi karena kedua orang tuanya masih harus berkerja, hal itu terpaksa ditunda. Kecuali yang bernasib seperti Alif, teman-teman yang bertetangga sudah pada pergi liburan.
Melihat itu, Alif tidak bernafsu makan. Meski pun menu yang terhidang semua kesukaan. Dari Ayam Goreng hingga Semur Jengkol ada. Subuhnya memang Ibunya bangun lebih awal, dan menyempatkan diri memasak banyak.
Mengisi kekosongan yang ditinggal sendiri di Rumah, ia mempersiapkan segala keperluan yang dirasa perlu untuk liburan.
***
Sabtu yang dinanti akhirnya tiba. Mereka liburan bertiga. Kalau bukan mengunjungi Nenek dari pihak Bapaknya, sebenarnya sang Bapak malas pergi. Lebih baik mengurusi pekerjaan, begitu pikirnya.