Mohon tunggu...
NewK Oewien
NewK Oewien Mohon Tunggu... Petani - Sapa-sapa Maya

email : anakgayo91@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Jogja dan Kenangan

22 Februari 2017   16:32 Diperbarui: 24 Februari 2017   00:00 2754
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bapak itu tersenyum, mungkin dalam hatinya betapa kampungannya aku. Tak lama taksi ber-AC pun melaju. Sesekali dalam perjalanan aku melongok pada angka berjalan yang tertera pada mesin penentu rupiah. Ketiga atau keempat kali nya aku melongok, kamu pun ikut-ikutan. Aku menatapmu, kau balas menatap dan tersenyum. Si Bapak yang tadinya cukup nyaman menyetir, mulai menekan pedal gas agak kencang. Banyak mobil tersalip-lewati, dan senyum kita pun mengembang.

Kita memilih berhenti di pasar, berjarak sekitar 600an meter dari tempat ngekos. Dengan alasan, sekalian makan. Pertamanya aku menolak, ku pikir kita perlu mandi dulu. Tapi kau menolak.

"Aku males ngeboncengi kamu lagi." Suaramu ketus.

Sebenarnya aku malu, bukan pada kamu, melainkan pada Ibu dan Bapak kos yang minjemin motornya. Yah, sialnya aku gak bisa pakai motor.

"Makan situ, yuk." Kau menunjuk warung makan, eh bukan, lebih mendekati rumah makan atau barangkali Cafe.

"Kita makan Nasi Kucing aja ya. Biar kenangannya ngena. Lesehan gitu."

"O, gaya." Meski cemberut, kau nurut.

Kau juga makan lahap, katamu tak mau kalah sama aku. Tawamu pecah saat aku asik menggigit Ceker Ayam, dan "ah" telor Puyuh yang belum terkunyah dari mulutmu loncat dan mengelinding hingga terinjak si Mas yang sedang membungkus Nasi dan Teri. Aku tersenyum. Kau kaget, menunduk malu. Untungnya si Mas nya tidak sadar.

Hari semakin malam, keramaian pasar di malam hari sudah mulai sepi. Kita pun pulang, takut kalau gerbang dikunci. 200an meter kita berjalan, kau mengeluh kehausan. Untungnya ada Mini Market X masih buka. Aku memilih nunggu diluar. Tak lama minuman yang kau cari pun ketemu. Kau bersegera ke kasir. Belum sempat kau mengambil receh kembalian. Mas Kasir mengepalkan tangan seraya berkata "SEMANGAT MBAK!" kau kaget dan mundur selangkah, dan tergagap "I..ii...iya Mas." kau keluar penuh heran mendapati aku tertawa lebar.

"Hahaha. Gak perlu heran. Itu slogan mereka."

"Hah."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun