"Ya dari usaha, dong. Uang kan tidak jatuh dari langit," sahut Arul.
"Nah, usaha apakah? Pemirsa podcast ini yang sekarang ini sudah di angka... emmm... 254 ribu penonton butuh jawaban dari Anda, bagaimana mungkin seorang pegawai negeri bisa memiliki gaya hidup selevel dengan konglomerat?" tanya Dilo sambil menatap layar gawainya di meja. Ia meraih cangkir kopinya lagi lalu menghirupnya sekali.
"Sepenting apakah publik tahu cara saya mencari rejeki? Itu ruang privat saya," sergah Arul.
"Oke, baik. Apakah Anda melakukan apa yang dilakukan oleh pejabat-pejabat yang sekarang menjadi pembicaraan itu? Melakukan manipulasi keuangan? Menerima suap dari pengusaha-pengusaha tamak itu? Singkat kata, melakukan korupsi?" tanya Dilo dengan wajah sinis.
"Eh, hati-hati kamu bicara. Saya bisa lempar cangkir ini ke muka kamu," hardik Arul sambil memegang cangkir kopi yang ada dihadapannya.
Dilo yang merasa tidak terima dengan ancaman Arul segera bangkit dari kursinya.
"Harap Anda berlaku sopan. Ini acara saya!!" bentak Dilo sambil menegakkan telunjuk kanannya ke atas.
Arul tidak bisa menyembunyikan kemarahan yang tampak jelas di raut mukanya. Tim Dilo yang berjumlah empat orang saling berpandangan satu sama lain.
"Props, tolong pindahkan semua barang ini dari meja saya," perintah Dilo kepada tim properti untuk memindahkan semua barang yang ada di atas meja.
Tidak lama area live chat dibanjiri dengan kalimat-kalimat umpatan terhadap Arul. Penonton siniar yang rata-rata adalah subscriber kanal Dilo mengecam perilaku tidak sopan Arul di acara siniar yang disiarkan secara langsung itu.
Setelah semua barang di atas meja diambil oleh tim properti acara, Dilo kembali duduk dengan raut muka emosi. Meski ia profesional, sepertinya situasinya tidak akan pernah sama lagi.