Pandangan Brama menerawang seisi ruangan yang mewah itu, sedangkan Arul sibuk menatap layar ponselnya. Jemarinya mengetikkan kata-kata di layar ponselnya.
Beberapa saat kemudian seorang wanita setengah baya datang membawa dua botol air mineral merek premium, dua gelas mojito dan sepiring keripik singkong. Arul menatap sopirnya sebentar lalu tertawa terkekah. Brama cuma tersenyum, merasa tidak enak dengan orang yang membawakan suguhan kepada mereka.
"Kuenya tadi saya bungkus. Terserah Bapak mau makan kue atau keripik," kata Brama kepada Arul beberapa saat setelah wanita itu pergi.
"Yahhh, ini juga oke," kata Arul seraya menyorongkan badannya ke arah meja tamu di depannya. Ia menuangkan air mineral dari botol ke dalam gelas hingga setengahnya lalu meneguknya sampai habis.
Ia mengambil piring berisi keripik singkong pabrikan itu, lalu meletakkannya di kedua pahanya. Suara kriuk dari keripik yang digigit oleh Arul membuat Brama menelan ludahnya. Sepertinya enak.
Meski majikannya memperlakukannya sebagai seorang teman, ia harus bersikap sebagaimana seorang bawahan. Meski ingin mencicipi keripik singkong itu, Brama memilih duduk manis sambil memangku tas sang majikan.
Ia juga tidak perlu buru-buru meminum air mineral mahal di hadapannya, karena ia akan berada di ruangan itu kira-kira satu jam lagi. Sepanjang waktu itu, majikannya akan berada di dalam studio bersama Dilo dan timnya.
Beberapa saat kemudian, seorang pria muda yang mengenakan headset keluar dari pintu studio lalu berjalan menghampiri mereka. Ia mempersilakan Arul untuk memasuki ruangan studio.
Arul menyerahkan piring berisi keripik singkong itu kepada Brama lalu bangkit dari kursi. Rejeki tidak kemana, kata Brama dalam hati seraya menerima piring itu dari majikannya dengan senang hati.
***
Dilo membuka acara siniar terkenalnya dengan sapaan yang biasa ia sampaikan untuk membuka acara. Biasanya ia membacakan beberapa kabar dari dalam negeri atau manca negara sebelum masuk ke acara utama.