Bersamaan dengan tumbangnya tiang, sejumlah polisi menyerbu ke arah bangunan tersebut. Para pengikut sekte pun kocar-kacir memisahkan diri, tetapi segera dikejar dan dilumpuhkan dengan senjata api. Tiga orang terkena timah panas di kakinya, termasuk Budi.
Lamat-lamat Sara mendengar seseorang berteriak tidak jauh dari posisi tubuhnya. Beberapa saat kemudian ia merasa tubuhnya terangkat. Rupanya tiang dimana Sara terikat di sana dipindahkan ke tempat lain yang jauh dari kobaran api.
Ia merasakan seseorang melingkarkan kedua tangannya ke tubuhnya, menahan tubuhnya agar tidak terguncang keras. Beberapa saat kemudian ia merasakan desir angin dingin yang menerpa kulit lengannya. Sepertinya ia dipindahkan ke luar bangunan.
Setelah tiang kayu itu diturunkan ke tanah, ikatan di kedua tangan dan kaki Sara pun dibuka. Sara yang terkulai lemas sempat membuka kedua matanya selama satu dua detik. Ia melihat beberapa orang, lalu bintang-bintang di langit yang berkerlip cantik, sebelum akhirnya semuanya gelap.
*** Â
Sara membuka kedua matanya dengan perlahan. Apa yang ia lihat serba putih. "Apakah aku telah mati?", kata Sara dalam hati.
"Welcome back, kak Sara..."
Sebuah suara yang tidak asing terdengar di telinganya. Begitu kedua matanya seluruhnya terbuka, ia melihat wajah Lala, adik perempuan satu-satunya yang sedang berdiri di samping ranjang.
"Halo Kak Sara... Kakak lagi di rumah sakit, di tempat yang super aman," kata adiknya.
Sara menarik nafas panjang lalu menghembuskannya. Kemudian ia berusaha menggerakkan kedua tangannya.
"No no, jangan gerakin tangan dulu, Kak. Ada luka robek yang cukup dalam di situ. Kaki kakak juga jangan digerakkan dulu," sergah Lala yang segera meraih tangan kakaknya dan mengembalikannya ke sisi kanan dan kiri tubuhnya.