Mohon tunggu...
Gatot Tri
Gatot Tri Mohon Tunggu... Administrasi - Swasta

life through a lens.. Saya menulis tentang tenis, arsitektur, worklife, sosial, dll termasuk musik dan film.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerbung: Sekte Laknat Malam Tahun Baru di Hotel Marun Biru (3/3)

5 Januari 2023   12:31 Diperbarui: 5 Januari 2023   12:39 904
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sara menangis. Tetapi karena mulutnya tersumpal, suara tangisnya tidak terlontar dari mulutnya dan terdengar seperti erangan saja.  

Ia berusaha menggerak-gerakkan tubuhnya dengan maksud agar tali itu mengendor. Tetapi tali berbahan serat kayu itu mengikatnya dengan sangat erat, rasanya mustahil ia bisa melepaskan diri.

Sara merasa tidak ada yang bisa ia lakukan. Nafasnya tersengal-sengal, wajahnya basah oleh keringat. Asap dari kobaran api di depannya juga menghalanginya menghirup oksigen. Ia menundukkan kepalanya dan memejamkan kedua matanya, berharap semua ini cuma mimpi.

Lalu suasana mendadak hening. Semua orang menghentikan rapalan manteranya. Beberapa saat kemudian terdengar seorang pria berbicara dengan suara keras dan lantang.

"Matahari akan segera terbit. Kita sudah mendapatkan sepasang pengantin yang akan kita persembahkan kepada Thoccase, sang penyelamat kita yang akan memberikan karunianya kepada kita dengan tiada batasnya. Kedua pengantin ini akan menjadi jalan kita untuk meraih kemakmuran hidup kita di dunia, menggenggam dunia di tangan kita, di sepanjang tahun dua ribu dua puluh tiga..."

Sara terkesiap. Ia teringat dengan suara pria itu. Perlahan ia mengangkat kepalanya dan melihat seorang pria yang berdiri di sebuah panggung kecil di seberang api. Posisinya menghadap orang-orang yang berada di bawahnya, di kanan dan kiri pria itu.

Kemudian pria itu berbalik menghadap api seraya menurunkan penutup kepalanya. Pria itu menatap ke arah api selama beberapa saat. Sara segera mengenali pria tersebut. Pria itu adalah orang yang mengarahkan mobil Budi di gerbang hotel.

Suara hatinya tidak salah. Sedari awal ia memang merasakan ada yang tidak beres dengan pria tersebut.

Sara merasa Biyan dan dirinya akan menjadi tumbal dari sebuah ritual sekte sesat nan laknat. Ia tidak tahu pasti bagaimana metode penumbalannya. Yang pasti intuisinya mengatakan kalau ia sudah cukup dekat dengan penghujung hidupnya.

Sara mencoba menggerakkan badannya dengan sekuat tenaga agar ikatan tali di kedua tangan maupun kakinya mengendur. Tetapi, semakin kuat ia bergerak, semakin nyeri ia rasakan.

Lama-lama Sara merasa apa yang ia lakukan sia-sia saja. Tapi ia harus berusaha dengan sekuat tenaga atau... ia akan mati sia-sia di tangan para pemuja setan itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun