"No problem. Aku balik kamar dulu ya," kata Tias.
Biyan menganggukkan kepalanya seraya melambaikan tangan kirinya. Ia berdiri di pintu kamarnya selama beberapa menit lamanya demi menatap Tias yang berjalan di lorong hotel hingga menghilang di balik tangga.
Biyan menutup pintu kamarnya, lalu meletakkan cangkir teh itu di atas meja. Ia menarik kursi dan duduk di situ untuk menikmati teh mumpung masih panas. Ia angkat cangkir itu, kemudian menghirupnya perlahan.
"Wahh... Ini sih teh wasgitel*. Sedap sekali teh buatan Tias ini" gumam Biyan. Â
Beberapa menit kemudian, teh panas buatan Tias pun tandas. Biyan menarik nafas lega. Ia merasakan sensasi hangat di perutnya yang membuatnya nyaman.
Kemudian Biyan bangkit dari kursi bermaksud untuk mandi. Ia berjalan menuju area pancuran di toilet kamar, kemudian melepaskan kemeja dan baju dalamnya.
Ketika Biyan hendak melepas celananya, mendadak ia merasa terhuyung-huyung, badannya terasa lemas, pandangannya kabur. Tidak lama tubuh Biyan pun ambruk di lantai pancuran.
Beberapa saat kemudian, lamat-lamat Biyan mendengar pintu toilet dibuka paksa. Ia berusaha mengangkat tubuhnya, tapi entah mengapa ia tidak bisa menggerakkan kedua tangan dan kakinya.
Ia mendengar suara langkah kaki di sekitarnya. Ia juga merasa tubuhnya diangkat oleh beberapa orang. Mereka membisikkan kata-kata yang tidak bisa didengar oleh telinga Biyan.
Tiba-tiba semuanya gelap.
***