"Setiap orang bisa seperti kami asal kerja keras, kerja cerdas, jujur dan amanah dan tidak lupa sedekah. Maka Allah akan memberi lebih banyak dan lebih banyak lagi...," begitu kata Pak Yahya ketika diwawacarai oleh sebuah majalah terkenal.
***
Suatu pagi, dua bulan menjelang bulan Romadhon, keluarga Pak Yahya sedang sibuk sarapan di meja makan di rumahnya yang sangat megah di kawasan perumahan mewah. Amri, anak tertua Pak Yahya yang baru beranjak dewasa, tampak sedang menikmati omelet bertabur keju buatan sang ibu. Begitu pula dengan Syifa, si bungsu, yang sedang melahap sandwich isi daging salmon kegemarannya.
Pak Yahya sedari tadi menatap layar komputer tabletnya. Ia sedang fokus membaca berita di Kompas.id. Begitu selesai membaca senjumlah berita, Pak Yahya segera melahap sandwich salmon buatan istrinya yang sudah agak dingin.
"Hmmm, sandwich salmon buatan Mama selalu enak. Papa suka sekali..., " kata Pak Yahya sambil mengunyah roti dan potongan besar daging ikan salmon.
Bu Yahya tersenyum. Pujian dari suaminya menyanjungnya, membuatnya menjadi ratu dapur yang tak akan pernah tergantikan oleh siapapun.
Meskipun mereka memiliki asisten rumah tangga yang jago membuat makanan enak, masakan buatan sang nyonya rumah tetap menjadi nomor satu di hati Pak Yahya. Ada beberapa hari dalam sebulan dimana Bu Yahya memasak makanan enak untuk anggota keluarganya.
Beberapa saat kemudian, suasana hening. Hanya terdengar denting sendok, garpu dan pisau yang beradu dengan piring, dan suara kunyahan dari mulut mereka.
"Papa," kata Bu Yahya seraya mengambil gelas berisi jus jeruk di sampingnya, lalu menyeruputnya.
"Iya, Ma?" tanya Pak Yahya yang baru saja selesi menguyah potongan terakhir sandwichnya.
"Mmmm, begini Pa, dua bulan lagi bulan Romadhon. Mama ingin seminggu atau dua minggu sebelum Romadhon, kita sama-sama ke Dubai untuk menenangkan diri. Tujuannya supaya kita healing sejenak biar ibadah puasa kita makin mantap," kata Bu Yahya.