Antonio Conte, yang belum menjadi apa-apa ketika pertama kali bergabung dengan Juve menjadi bukti dari kejelian Marotta. Dia mempercayai Conte sebagai sosok yang bakal memberi dampak spektakuler bagi perkembangan skuad Si Nyonya Tua.
Benar saja, Conte berhasil persembahkan tiga trofi Serie A secara beruntun, sekaligus membangun pondasi kuat untuk kemudian membuat Juve jadi tim yang kian perkasa.
Di balik itu, Marotta juga jadi sosok yang tak ragu untuk memberhentikan Conte, setelah sang pelatih terus meminta dana besar untuk membeli pemain bintang.Â
Bagi Marotta, mendatangkan pemain berkelas memang perlu, namun tidak dengan cara buru-buru. Apalagi hal tersebut sangat rentan memberi kerugian.
Marotta pernah dihadapkan dengan situasi dimana Juve diberi dua pilihan, yaitu antara merekrut Gonzalo Higuain dari Real Madrid atau Carlos Tevez yang situasi nya mulai tak jelas di Manchester City.Â
Ketika manajemen lain meminta klub datangkan Higuain, Marotta dengan percaya diri memilih Tevez. Selain karena sang pemain berskill tinggi, harga yang harus dibayar juga relatif terjangkau.
Toh, dalam beberapa tahun berikutnya, Juve akhirnya juga mampu menggaet Higuain dari Napoli.
Bersama Marotta, pergerakan transfer Juve memang terlihat lebih irit namun efektif. Mereka berhasil datangkan Paul Pogba, Andrea Pirlo, Fernando Llorente, Kingsley Coman, Sami Khedira, sampai Daniel Alves, dengan tanpa biaya.Â
Selain itu, nama Arturo Vidal, Simone Pepe, Stephan Lichtsteiner, hingga Emanuele Giaccherini juga didatangkan dengan harga murah.
Keputusan tak kalah penting, Marotta tak ragu menunjuk Massimiliano Allegri sebagai juru taktik untuk gantikan Conte.
Tanpa melakukan belanja mewah, Allegri berhasil membawa Juve lolos ke babak final Liga Champions Eropa sebanyak dua kali. Selain itu, gelar juara Serie A juga berhasil dipertahankan dalam beberapa tahun berikutnya.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!