Kedatangan Marotta ke Juve ketika itu menggantikan peran Alessio Secco sebagai Direktur Umum. Secco seringkali disebut sebagai sosok yang hanya menginginkan hasil instan.Â
Maka, Juve tak ragu untuk menggantinya dengan Marotta, yang dipandang sebagai pria yang lebih hati-hati dalam mempersiapkan segala sesuatu.
Selain menjadi Direktur Umum, Marotta juga sekaligus menjabat sebagai CEO gantikan Alessio Jean-Claude-Blanc. Dia dihadapkan dengan sejumlah tantangan, termasuk ketika klub terus dikritik ultras Juve.Â
Para penggemar merasa tidak puas dengan performa klub yang cuma menempati tangga ketujuh pada tahun 2010. Mereka menginginkan perubahan karena hasil tersebut jadi yang terburuk sejak Juve kembali naik ke kompetisi Serie A.
Dalam menjalankan tugasnya, Marotta turut membawa serta Paratici yang merupakan rekan kerjanya di Sampdoria.Â
Dua sosok yang saling bekerja sama itu kemudian berhasil mendatangkan nama-nama seperti Leonardo Bonucci dan Andrea Barzagli. Keduanya berhasil jadi pemain inti dalam waktu yang relatif lama.
Selain mendatangkan pemain, Marotta juga tak ragu melepas sejumlah nama yang dirasa sudah tidak mampu memberi keuntungan bagi klub. Diantaranya, David Trezeguet, Mauro Camoranesi, Fabio Cannavaro, Jonathan Zebina, dan Nicola Legrottaglie.
Pemain berbakat seperti Diego Ribas hingga Sergio Almiron juga dilepas karena dianggap tak mampu keluarkan performa terbaik.
Marotta yang menjadi sosok paling sibuk ketika bursa transfer dibuka, tahu betul bila klub harus melakukan banyak hal demi menyeimbangkan neraca keuangan. Terlebih ketika peraturan Financial Fair Play mulai diberlakukan.
"Sepakbola harus menjadi aktivitas yang berkelanjutan, dimana kalian harus membatasi kerugian. Financial Fair Play menjadi peringatan bagi setiap manajemen untuk mengatur pemasukan mereka," ujar Marotta pada 2013.
Selain bergerak mencari pemain yang memang dibutuhkan, kecerdikan Marotta juga tertuang dalam pemilihan pelatih kepala.Â