Ada pula bangunan masjid berkubah putih yang kelihatannya cuma sebesar separuh kuku di atas puncak gunung yang paling tinggi (1.350 meter). Gunung itu diberi nama Jabal Harun atau Gunung Hor atau El-Barra. Dan masjid itu disebut-sebut sebagai makam Nabi Harun as.
Masjid putih yang warnanya kontras dan menyilaukan itu dibangun pada abad ke-14, dan diyakini sebagai tempat persinggahan Nabi Harun as beserta Nabi Musa as saat hendak melaksanakan dakwah kepada Fir’aun di Mesir. Wallahu a'lam.
Pengelola wisata Petra sepertinya sengaja memilih lokasi ketinggian ini untuk menyaksikan hamparan lembah yang mengarahkan pandang mata ke Petra. Karena, selain memang tempatnya cocok buat berfoto, tersedia juga semacam “halte” (tanpa atap) dengan kursi kayu panjang.
Tapi hati-hati terpeleset ya kalau berfoto di sini, karena jurangnya curam dan tanpa pagar pembatas, kecuali tembok permanen satu meteran di tepi jalan raya.
Dari ketinggian tempat kami berfoto, rumah-rumah pemukiman warga yang menghampar di punggung-punggung lembah menambah suasana semakin hanyut ke masa lampau. Pokoknya bergaya retro bangetlah penampakannya.
Setiba di Petra, semuanya tertata apik. Mulai dari area parkir kendaraan, lapak pedagang suvenir, makanan, minuman, juga penempatan museum di area terdepan. Tapi menuju ke toilet cukup jauh. Catatan pula kurang maksimal kecukupan jumlah (bilik) toilet apalagi kuantitas airnya.
Air memang jadi masalah di Yordania. Bahkan peringatan itu dipasang juga di dalam toilet. Dalam dua bahasa Inggris dan Arab, peringatan itu begini: Dear Guest, Jordan has one of the lowest levels of water, per capita, in the world. Please help to reserve kingdom’s national resources.